Jelang Ramadan, Pemerintah Diminta Tertibkan Distributor Nakal yang Bikin Mahal MinyaKita


Sebulan menjelang bulan Ramadan, harga sejumlah bahan pokok termasuk minyak goreng rakyat, MinyaKita yang masih tinggi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu menertibkan distributor nakal yang dianggap permainkan harga MinyaKita.

Anggota Komisi VI DPR asal Fraksi PKB, Nasim Khan meminta Kemendag terus berupaya untuk menurunkan harga MinyaKita di pasaran. Terhitung sudah 8 bulan, harga MinyaKita di pasaran, berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp15.700 per liter.

Di mana, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rerata nasional MinyaKita per pekan III-Januari 2025 mencapai Rp17.502 per liter. “Kebutuhan saat Ramadan biasanya mengalami peningkatan. Kalau harga MinyaKita yang menjadi salah satu kebutuhan pokok, mengalami peningkatan, tentunya membebankan masyarakat. Jadi ini harus segera ditangani,” kata Nasim di Jakarta, Senin (27/1/2025).

Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, harta rerata nasional MinyaKita mencapai Rp17.400 per liter. Kenaikan harga MinyaKita sebesar7,14 persen. Ini, diduga terjadi sejak Juni 2024.

Menurut politikus asal Situbondo, Jawa Timur ini, kenaikan harga MinyaKita tidak hanya terjadi di daerah yang sulit dijangkau, namun juga terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia.

“Jangankan di kawasan Indonesia, kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur pun mengalami kenaikan harga MinyaKita,” jelas Nasim.

Nasim mengaku sempat meninjau langsung ke sejumlah pasar di Jawa Timur, konsumen banyak yang mengeluhkan tingginya harga MinyaKita hingga Rp19.000 per liter.

Seharusnya, harga MinyaKita mengikuti Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2024, tentang Minyak Goreng Sawit Kemasan dan Tata Kelola Minyak Goreng Rakyat yang mengatur secara rigid batas eceran minyak goreng yang dijual di pasaran.

Menurut Nasim, Kemendag harus lebih sering melakukan inspeksi mendadak alias sidak MinyaKita, mulai dari distributor, hingga toko kelontong. Semua pihak harus duduk bersama untuk membahas mengapa harga MinyaKita pada saat ini, masih tinggi.

“Pekan depan, Komisi VI akan rapat dengan Kemendag. Mdah-mudahan bisa cepat diketahui musababnya. Masalahnya di distribusi, regulasi atau apa? Saya harap dibahas dengan jernih dan ada solusinya. Kasihan rakyat,” kata Nasim.