Pejabat Jepang di Bangladesh sedang mempersiapkan 23 jenazah tentara yang tewas selama Perang Dunia II untuk dipulangkan setelah lebih dari 80 tahun. Mayat-mayat itu digali dari pemakaman perang Maynamati dekat Comilla.
Mayat-mayat itu digali dari pemakaman tempat lebih dari 700 orang dari berbagai negara yang tewas selama perang dikuburkan. “Tentara Jepang dirawat di rumah sakit lapangan Maynamati, sebelum meninggal karena luka-luka mereka,” kata Hillol Sattar, manajer untuk Komisi Makam Perang Persemakmuran Bangladesh, yang mengelola pemakaman tersebut, Senin (25/11/2024), mengutip AFP.
Kedutaan Besar Jepang dalam sebuah pernyataannya mengungkapkan, Asosiasi Jepang untuk Pemulihan dan Pemulangan Korban Perang yang didukung pemerintah sedang menyelenggarakan pekerjaan pemulihan untuk memulangkan para korban tewas ke Tokyo.
Organisasi tersebut mengatakan pihaknya berupaya untuk mengembalikan sisa-sisa jenazah orang Jepang yang tewas dalam perang, terutama dari wilayah yang mengalami pertempuran hebat selama perang – termasuk Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Indonesia, dan Myanmar.
Jepang bertempur di China dan Burma – sekarang Myanmar – melawan pasukan Sekutu, dan mencoba menginvasi India yang diperintah Inggris. Perang berakhir pada Agustus 1945 setelah Amerika Serikat menjatuhkan dua bom nuklir di Jepang.
Bangladesh saat itu merupakan bagian dari India, dan terpecah ketika kekuasaan kekaisaran Inggris berakhir pada 1947. Sajjad Ali Zahir, seorang pensiunan kolonel tentara Bangladesh yang merupakan bagian dari tim penggali beranggotakan delapan orang, mengatakan identitas mayat-mayat itu akan diperiksa terlebih dahulu.
“Sisa-sisa jenazah akan menjalani pencocokan DNA, dan setelah proses ini selesai, pihak berwenang akan menyerahkannya kepada keluarga,” kata Zahir kepada AFP, seraya menambahkan bahwa para pria tersebut diharapkan akan “dikuburkan dengan penghormatan militer”.
Sisa-sisa dari mayat terdiri dari kerangka lengkap serta fragmen tengkorak dan tulang itu berada dalam kondisi yang sangat rapuh setelah delapan dekade.
Dhaka dan Tokyo saat ini merupakan mitra dagang yang sangat dekat. Tokyo menjanjikan dukungannya untuk transisi politik yang damai dan demokratis dalam mendukung pemimpin sementara Muhammad Yunus setelah penggulingan pemimpin otokratis lama Bangladesh, Sheikh Hasina, pada Agustus lalu.