Jerat Kakek Zeus, Cerita Fajar dan Burhan Terperangkap Judi Online


Tengah malam itu, Fajar (bukan nama sebenarnya) merayakan ulang tahunnya yang ke-18. Dalam pikirannya, bermain judi online di hari spesial itu akan membawa keberuntungan. Namun, keyakinan itu justru berujung malapetaka.

“Saya enggak bisa tidur malam ulang tahun saya, jam 3 pagi itu. Otak mikir terus depo, depo, depo,” kata Fajar kepada Inilah.com, Sabtu (21/12/2024).

Dengan uang sisa jajan Rp15 ribu, Fajar memanfaatkan akun Dana milik ibunya untuk melakukan deposit ke situs judi online seperti Surga77 dan Surga22. Di depan rumah, ditemani rokok Djarum dan kopi Granita, ia memutar slot “Gate of Olympus”, yang ia kenal sebagai “Kakek Zeus”. Mata lelahnya terpaku pada layar ponsel, menyaksikan simbol mahkota, cincin, dan batu safir berputar.

Pagi itu ia merasa menjadi “raja kecil”. Dari modal Rp15 ribu, ia berhasil meraup Rp500 ribu. Namun, kemenangan itu hanya awal dari kehancuran.

Tergoda untuk mengulang keberuntungannya, Fajar meminjam Rp200 ribu dari temannya dengan menggadaikan ponselnya. “Handphone saya rusak-rusak begini, jadi kalau ke Penggadaian enggak mungkin laku,” katanya.

Sayangnya, nasib tidak berpihak. Uang Rp700 ribu hasil pinjaman habis tanpa sisa. Harapan pesta kecil di ulang tahunnya pupus. “Akhirnya, uang pinjaman buat tebus handphone dibantu orang tua saya,” ucap Fajar dengan nada menyesal.

Cerita Fajar bukan yang pertama di keluarganya. Ayahnya, seorang satpam, juga terjebak dalam lingkaran judi online. Ironisnya, ketika Fajar memberikan uang Rp600 ribu hasil judi untuk membayar biaya sekolah, ayahnya justru melunak. “Biasanya marah-marah, tapi pas saya kasih uang slot, dia diam saja,” kenang Fajar.

Kisah Burhan (bukan nama sebenarnya), remaja 18 tahun lainnya, juga tidak jauh berbeda. Ia pertama kali bermain slot online dengan modal kecil belasan ribu rupiah. Kemenangan awal Rp450 ribu membuatnya percaya diri. Namun, seperti Fajar, kekalahan beruntun menyusul, hingga ia kehilangan hampir Rp2 juta. Bahkan, ia harus meminjam uang melalui aplikasi pinjol.

“Itu pun saya harus nyicil bayarnya. Uang jajan saya cuma Rp20 ribu, itu pun kadang ada, kadang enggak,” katanya. Kini, Burhan memutuskan berhenti bermain. “Gue udah bertekad, tahun ini harus cari kerja biar enggak main slot dan pinjol lagi,” ujarnya dengan nada tegas.

Generasi Muda Indonesia dalam Jerat Judi Online

Fajar dan Burhan hanyalah dua dari banyak remaja yang terjebak dalam jerat judi online. Menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), hampir satu juta anak muda, mayoritas pelajar dan mahasiswa, terlibat dalam aktivitas ini.

“Mereka rata-rata bertransaksi kecil, di bawah Rp100 ribu. Tapi jika dikalikan jumlah pemain yang begitu besar, dampaknya signifikan,” kata Koordinator Humas PPATK, Natsir Kongah.

Transaksi kecil ini, menurut PPATK, menggerus hingga 70 persen penghasilan harian pelaku, yang kebanyakan berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Pada 2024, perputaran uang judi online diperkirakan mencapai Rp900 triliun.

“Jika tidak ada langkah tegas, judi online bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan generasi muda,” ujat Natsir. Ia menambahkan, judi online tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Bagi Fajar, judi online adalah pelarian dari tekanan hidup. Bagi Burhan, awalnya hanya kesenangan sederhana. Namun, di balik layar ponsel mereka, jerat judi online telah menciptakan ilusi keberuntungan yang memenjarakan.

Kisah mereka adalah pengingat bahwa meskipun dimulai dari transaksi kecil, dampaknya besar. Tidak hanya pada pelaku, tetapi juga keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Judi online bukan sekadar permainan; ia adalah ancaman nyata yang memakan harapan generasi muda.