Kanal

Jika PSSI Tidak Beres, Maka Timnas Juga

Kamis, 13 Okt 2022 – 09:31 WIB

Ketua Umum PSSI Iwan Bule terlihat akrab dengan Shin Tae Yong. (arsip foto PSSI)

Ketua Umum PSSI Iwan Bule terlihat akrab dengan Shin Tae Yong. (Foto: PSSI)

Kita mencintai Indonesia, bukan tim nasional Indonesia. Mereka memang berjuang membela Indonesia di berbagai ajang sepak bola, kadang bikin kita deg-degan, kadang bikin sedih, kadang bikin bangga, tergantung prestasinya. Kita dibuat mabuk kepayang saking cintanya pada bangsa dan negara ini. Tapi jangan salah, ini bukan tentang orang per orang di dalam timnas, bukan timnasnya, ini karena Indonesianya. Rasa cinta kita kepada Indonesia jauh di atas rasa cinta kita kepada timnas.

Kemarin (12/10/2022) pelatih tim nasional Indonesia, Shin-Tae Yong, didukung oleh beberapa pemain, memberikan ancaman yang bikin kita patah hati: “Kalau Ketua Umum PSSI mundur, saya juga mundur,” katanya. Entah apa yang mendorong STY memberikan pernyataan itu, tapi yang jelas itu bertolak belakang dengan keinginan publik yang mendesak Iwan Bule mundur dari jabatannya. PSSI tak bisa lepas tangan begitu saja dalam peristiwa Kanjuruhan yang menewaskan 132 korban jiwa. Tragedi sepak bola terbesar kedua di dunia.

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan sudah bekerja hampir dua pekan. Sejumlah tersangka telah ditetapkan, termasuk Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris dan Dirut PT LIB Ahmad Hadian Lukita. Polri juga sudah mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dan Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta. TGIPF sekarang sedang memeriksa secara intensif pengurus PSSI dan pihak broadcaster yang memegang hak siar. Kesimpulan umum yang bisa ditarik sementara ini adalah: Semua pihak bersalah, tinggal siapa yang harus bertanggung jawab?

Namun, sejak awal pihak-pihak ini memang saling melempar tanggung jawab. Tak ada yang secara ‘gentleman’ mengakui kesalahannya. Polri menyalahkan PT LIB dan suporter. Panpel menyalahkan PSSI. PSSI menyalahkan klub dan broadcaster. Indosiar menyalahkan PT LIB. Ruwet. Tak ada satupun dari mereka yang mau secara langsung bertanggung jawab, termasuk Ketum PSSI yang menolak mundur sebagai bentuk pertanggungjawaban moralnya, “Bagaimana mau mengaitkan dengan saya?” Kilahnya (6/10/2022).

Saat TGIPF sedang melakukan pemeriksaan intensif kepada seluruh pengurus PSSI itulah pernyataan mengejutkan para penggawa timnas bermunculan di media sosial (12/10/2022). Dimulai dari ‘coach’ STY yang menulis caption panjang di akun instagramnya, terlebih dahulu memuji Iwan Bule sebagai: “Seseorang yang sangat mencintai sepak bola Indonesia dengan kesungguhan hati dan memberikan dukungan penuh dari belakang agar sepak bola dapat berkembang.” Lalu ia menegaskan, “Menurut saya, jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri.”

Sontak publik sepak bola Indonesia dibuat geram dengan pernyataan STY ini. Tagar #STYOut pun menggema di jagat Twitter. Banyak pihak merasa bahwa STY tidak memiliki kepekaan terhadap suara publik sepak bola Indonesia, puluhan ribu orang sudah ikut menandatangani petisi agar Iwan Bule mundur dari jabatannya. Sejumlah pemain timnas juga ikut bersuara menjadi ‘koor’ bagi STY. Asnawi Mangkualam menuliskan komentarnya, “This is true, Pak Iwan Bule masih yang terbaik untuk PSSI.”

Bagaimana kita harus menyikapi semua ini? Mengapa orang-orang yang kita cintai di sepak bola Indonesia justru mendukung orang yang saat ini jadi pesakitan? Saya kira cara terbaik untuk menyikapi semua ini adalah dengan melihat timnas sebagai bagian dari PSSI. Jika premis utamanya adalah reformasi di tubuh PSSI, maka timnas juga harus dirombak total. Memang PSSI lah selama ini yang memilih dan meng-hire pelatih, menyeleksi pemain, melakukan naturalisasi pemain asing, memberikan pembinaan kepada mereka. Jika PSSInya kacau, saya kira proses di dalamnya ‘awut-awutan’ juga. Mungkin semua ini yang membuat prestasi timnas sepak bola kita tak kunjung meyakinkan.

Amanat Presiden Jokowi untuk mereformasi secara total sepak bola Indonesia harus direspons secara serius. Peristiwa Kanjuruhan terlalu mahal harganya jika kita gagal menjadikan semua ini sebagai momentum pembenahan sepak bola Indonesia secara besar-besaran. Soal PSSI, kita tunggu kesimpulan TGIPF. Sejauh apa mereka harus bertanggung jawab? Apakah Iwan Bule akan mundur sebagai Ketum PSSI? Hanya panggilan nuraninya yang akan menjawab. Tapi saya kira di titik ini kita harus bersikap, kita perlu menyuarakan apa yang kita harapkan. Momentum sedang bergerak ke sana.

Bersyukurlah karena Shin-Tae Yong, Asnawi, Diego Michiels, dan para penggawa timnas ikut bersuara dalam polemik pertanggungjawaban tragedi Kanjuruhan ini. Kita jadi tahu bagaimana mereka bersikap dan berpihak. Memang kenyataannya demikian: Jika PSSI tidak beres, maka timnas juga. STY atau para pemain timnas tak usah ikut-ikutan mengancam mundur. Kalau mau mundur, silakan saja. Semua orang bertanggung jawab pada perasaan dan sikap moralnya masing-masing.

#STYOut

FAHD PAHDEPIE — Penulis, CEO inilah.com

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button