Market

Jokowi dan Para Menteri Masuk 110 Tokoh Sawit Indonesia, Minus Siti Nurbaya

Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju masuk 110 Tokoh Sawit Indonesia. Menariknya, tak ada nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya.

Majalah Sawit Indonesia menyerahkan penghargaan kepada 110 Tokoh Sawit Indonesia yang berdedikasi dan berperan bagi kemajuan industri sawit. Ajang ini, pertama kalinya yang diadakan di Indonesia. “Penghargaan 110 Tokoh Sawit Indonesia ini rangkaian kegiatan untuk menyambut perjalanan 110 Tahun Kelapa Sawit di Indonesia. Tujuan kami mengapresiasi kontribusi dan dedikasi para tokoh yang selama ini mendukung keberlangsungan industri sawit, ” ujar Qayuum Amri, Ketua Pelaksana Kegiatan 110 Tokoh Sawit Indonesia dalam acara penyerahan virtual, beberapa waktu lalu.

Tahun ini, kata dia, terdapat 10 bidang penghargaan yang diberikan kepada 110 Tokoh Sawit Indonesia. Yakni, kebijakan/regulasi, ekonomi/bisnis, energi baru terbarukan, riset/inovasi/agronomi, sosial/kemitraan/lingkungan, kampanye dan promosi sawit, koperasi/petani, SDM/pendidikan, pembangunan daerah, dan tokoh muda/inovator.

Qayuum menjelaskan, penghargaan ini mempertimbangkan tiga kriteria yang menjadi referensi pemilihan 110 Tokoh Sawit Indonesia. Pertama, mempunyai rekam jejak ide, gagasan, peranan, dan kontribusinya terhadap sektor perkelapasawitan sesuai bidangnya.

Kedua, aktif dalam menyampaikan ide, inovasi, serta peranan melalui media massa, sosial media, dan forum diskusi. “Aspek ketiga adalah pemilihan para tokoh ini merujuk hasil polling yang diadakan 31 Oktober sampai 15 November 2021. Polling ini diikuti 4.700 responden dari 22 provinsi di Indonesia,” ujar Qayuum yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Sawit Indonesia.

Pemilihan 110 Tokoh Sawit Indonesia itu, kata dia, melibatkan dewan penilai eksternal yang beranggotakan Dr Rusman Heriawan (Wakil Menteri Pertanian 2010-2014) dan Dr Rio Christiawan (Dosen Universitas Prasetya Mulya).

Menariknya, Presiden Jokowi masuk dalam 110 Tokoh Sawit Indonesia. Didampingi sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju. Misalnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Maritim dan Investasi Luhut B Panjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, Menteri ESDM Arifin Tasrif (Menteri ESDM RI), dan Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil.

Menariknya tak ada nama Menteri LHK Siti nurbaya. Padahal, sektor perkebunan sawit acapkali bersinggungan dengan masalah lingkungan dan kehutanan. Saat ini, industri sawit Indonesia banyak diserang kampanye hitam dari para NGO asing. Mereka acapkali meniupkan isu-isu miring soal lingkungan.

Di sektor ekonomi, sejumlah pebisnis sawit papan atas yang masuk 110 Tokoh Sawit Indonesia, Semisal, Franky Oesman Widjaja (Golden Agri-Resources LTD), Mohammad Abdul Ghani (Perkebunan Nusantara), Santosa (Astra Agro). Di bidang kampanye dan promosi sawit, ada nama Joko Supriyono (Ketua Umum GAPKI), Mahendra Siregar (Wakil Menteri Luar Negeri RI), Eddy Abdurrachman (Dirut BPDPKS).

Deputi bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Dr Musdhalifah Machmud yang menjadi keynote speaker, mengapresiasi proses pemilihan 110 Tokoh Sawit Indonesia yang diadakan Majalah Sawit Indonesia. Keberhasilan sawit seperti sekarang ini tidak terlepas dari dukungan pemangku kepentingan di dalamnya. Apalagi, kelapa sawit merupakan berkah bagi bangsa Indonesia karena tanaman ini dapat tumbuh di sepanjang garis khatulistiwa dengan dukungan curah hujan melimpah.

“Indonesia menguasai pangsa pasar 58 persen minyak sawit dunia. Selain itu, kelapa sawit telah berkontribusi 3,5 persen terhadap produk domestik bruto. Hal ini menjadikan kelapa sawit tulang punggung perekonomian nasional saat ini,” jelas Musdhalifah.

Kasdi Subagyono, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, menuturkan, perjalanan sawit selama 110 tahun lamanya sangat luar biasa. Perjalanan kelapa sawit ini dimulai dari kegiatan budidaya komersial sejak 1910 dan meluas di Sumatera. Hingga tahun 1980-an, luas pertanaman kelapa sawit Indonesia baru sekitar 200 ribuan hektare dan sebagian besar peninggalan kolonial Belanda.

Salah satu peraih penghargaan 110 Tokoh Sawit Indonesia, Abdul Ghani yang menjabat bilang, perkembangan sawit di Indonesia, tidak terlepas dari peranan besar para perintis. “Kami harapkan industri perkebunan kelapa sawit dapat meningkat produktivitasnya. Tantangan inilah (produktivitas) yang perlu diperkuat lagi,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button