Market

Jokowi Dinasehatin Faisal Basri Jangan Pura-pura Marah Soal Barang Impor

Ekonom Faisal Basri merasa janggal dengan marahnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) lantaran banjirnya produk impor di pemerintahan. Impornya sudah bertahun-tahun, kenapa baru marah?

Kata Faisal, angka impor untuk barang konsumsi hanya 10 persen, sedangkan barang modal 15 persen, sisanya yang 75 persen adalah bahan baku. “Jadi kalau konsen Pak Jokowi soal banjirnya barang impor, jauh api dari panggang,” ujar Faisal, Jakarta, Kamis (31/3/2022).

Selanjutnya Faisal mencontohkan pensil yang bisa dikategorikan dua kelas. Berkualitas tinggi dan rendah. Untuk pensil kualitas tinggi, Indonesia belum mampu memproduksinya. Terkendala industrinya. “Jika Indonesia ingin memproduksi, mungkin bisa apabila bahan tambahannya seperti kayu, sementara bahan bakunya tetap akan impor,” tuturnya.

Contoh lainnya, lanjut Faisal, seragam polisi dan tentara impor yang sempat dikritik Jokowi. Menurut Faisal, Indonesia juga memiliki industri serupa namun produksinya berbeda, seperti jas yang dikenakannya. “Di saat yang sama, perusahaan tekstil dan garmen yang besar di Solo itu, mengeskpor peralatan dan seragam tentara di berbagai negara, jadi kita hidup di dunia ini ekspor-impor,” ujar Faisal.

Sejatinya, kata dia, ekspor dan impor adalah hal lumrah sehingga tidak usah menjadi antipati dengan proses ekonomi tersebut. Justru, yang patut menjadi pertanyaan, mengapa Indonesia menjadi negara impor terbesar untuk gula.

“Lebih baik Pak Jokowi bicara mengapa tiba-tiba kita, bukan tiba-tiba, sudah 4 tahun menjadi importir gula terbesar di dunia. Apa yang terjadi ini? nah itu kan salah pemerintah juga, karena pabrik-pabrik gula sekarang tidak pakai tebu rakyat,” jelas Faisal.

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button