Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak perlu membuat kampanye pencitraan positif pemerintahannya di akhir masa jabatan jika memang memiliki kinerja yang bagus.
Diketahui, berbagai narasi positif pemerintahan Jokowi dirancang tayang di berbagai media sosial dan juga media massa melalui pemberitaan sejak 1 sampai 20 Oktober 2024 atau hingga Jokowi lengser. Salah satunya berisi ucapan terima kepada Jokowi selama menjabat.
“Kalau kerjanya bagus, kerja baik, rakyat akan menilai kalau itu bagus. Cuma memang mungkin ya karena kegalauan karena terlalu banyak masalah akhirnya perlu pemolesan, perlu pencitraan kembali,” kata Ujang saat dihubungi inilah.com di Jakarta, Rabu (15/10/2024).
Ujang menjelaskan dalam konteks menjalankan pemerintahan rakyat akan menilai baik jika memang Jokowi berprestasi. Begitu pun sebaliknya, rakyat akan menilai buruk jika Jokowi memiliki kinerja yang tidak baik.
“Rakyat tetap objektif menilai itu, tapi ya mungkin ini zamannya pencitraan ya maka Jokowi pun melakukan pencitraan ulang untuk membangun orkestrasi pencitraan kesuksesan diakhir masa jabatan,” ujar Ujar.
Namun, Ujang menilai rakyat saat ini sudah bisa mengetahui bagus atau tidaknya kinerja pemerintahan. Menurutnya, semua penilaian ada pada rakyat sehingga Jokowi tak perlu pencitraan ulang.
Terkait Istana yang mengucurkan dana sebesar Rp15 miliar untuk mengkampanye citra positif Jokowi, Ujang menegaskan, seharusnya dana sebesar itu bisa digunakan untuk kepentingan rakyat.
“Digunakan untuk kepentingan masyarakat yang banyak menganggur, banyak yang tidak bisa makan, masih banyak masyarakat yang miskin,” ucap Ujang.
“Jadi sejati kalau itu dananya segitu mestinya uang itu untuk rakyat. Untuk kepentingan rakyat yang sedang susah,” sambungnya.
Lebih jauh apakah kampanye pencitraan positif Jokowi untuk menutupi kegagalan-kegagalan selama menjabat, Ujang tak menampik jika hal itu bisa saja sebagai usaha yang dilakukan Jokowi.
“Tapi sejati hidupnya ini kan terbuka ya, hari inikan tidak ada yang bisa ditutup-tutupi, kalau bagus ya bagus, jelek ya jelek,” tegasnya.