Market

Jokowi Setop Ekspor CPO dan Turunannya, Malaysia Untung Besar

Alasan Presiden Jokowi Widodo menyetop ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) serta turunannya untuk menjaga produksi di dalam negeri, berlebihan alias lebai.

Dikatakan Direktur Center of Economic and Law Studies(CELIOS), Bhima Yudhistira, kalau tujuannya menjaga agar produksi minyak goreng nerlimpah sehingga harga murah, larangan ekspor CPO dan minyak goreng, berlebihan.

“Sebenarnya kalau hanya untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri, tidak perlu setop ekspor. Ini kebijakan yang mengulang kesalahan setop ekspor dadakan untuk komoditas batubara pada Januari 2022. Apakah masalah selesai? Kan tidak. Justru diprotes para calon pembeli di luar negeri. Cara-cara seperti itu harus dihentikan,” tegas Bhima kepada Inilah.com, Sabtu (23/4/2022).

Dengan kebijakan ini, kata Bhima, justru Malaysia yang diuntungkan, Malaysia sebagai produsen CPO saingan Indonesia, bakal mengeruk untuk besar. Dengan tidak adanya ekspor CPO dari Indonesia maka harga naik dan Malaysia bisa menarik manfaatnya. “selain itu, produsen minyak nabati non sawit juga untung. Misalnya soybean oil dan sunflower oil,” tuturnya.

Dalam hal ini, kata Bhima, Presiden Jokowi seharusnya fokus membenahi implementasi aturan Domestic Market Obligation (DMO) CPO sebesar 20 persen. “Kemarin saat ada DMO kan isu-nya soal kepatuhan produsen yang berakibat pada skandal gratifikasi yang kini ditangani Kejagung,” tuturnya.

“Pasokan 20 persen dari total ekspor CPO itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sekali lagi tidak tepat apabila pelarangan ekspor dilakukan. Selama ini problemnya ada di sisi produsen dan distributor yang pengawasannya memang lemah,” imbuhnya.

Apakah harga minyak goreng akan turun? Belum tentu harga akan otomatis turun kalau tidak dibarengi dengan kebijakan HET di minyak goreng kemasan.

Selama satu bulan maret 2022 ekspor CPO nilainya 3 miliar usd. Jadi estimasinya bulan Mei apabila asumsinya pelarangan ekspor berlaku 1 bulan penuh kehilangan devisa sebesar 3 miliar usd angka itu setara 12% total ekspor non migas.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button