Jurnalis Al Jazeera Kembali Liputan di Gaza Usai Makamkan Putranya

Jurnalis Palestina yang merupakan Kepala Biro Al Jazeera di Gaza, Wael Al-Dahdouh, kembali turun ke lapangan dan memberikan laporan langsung dari Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, seusai memakamkan putranya yang juga seorang jurnalis

Sang putra, Hamza Al-Dahdouh, yang juga bekerja untuk Jaringan Media Al Jazeera, menjadi salah satu dari dua wartawan yang tewas dalam serangan Israel saat sedang bertugas pada Minggu (7/1/2023).

Anggota keluarga Wael termasuk istrinya Amna, putranya yang lain Mahmoud, putrinya yang berusia tujuh tahun Sham dan cucunya Adam yang berusia satu tahun juga tewas ketika rumah yang mereka tempati selama mengungsi diserang Israel pada Oktober lalu.

Wael sendiri sempat mengalami cedera pada tangannya dalam serangan yang menewaskan juru kameranya Samer Abudaqa pada 15 Desember lalu. Tapi ia menolak berhenti memberikan laporan.

Hal serupa dilakukannya juga usai memakamkan jenazah putra sulungnya, Hamza. Mengutip Al Jazeera, Senin (8/1/2023), Wael kembali turun ke lapangan untuk melaporkan perkembangan terbaru situasi Gaza pada dunia Arab.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/01/jurnalis_al_jazeera1_5b977675fa.jpg

Hamza dan Mustafa Thuraya tewas dalam serangan Israel saat mereka berkendara di dekat Al-Mawasi yang seharusnya meruapakan ‘zona aman’. Mobil yang mereka kendarai ditembak rudal Israel. Penumpang lain di mobil itu Hazem Rajab dilaporkan selamat, tapi mengalami luka berat.

Al Jazeera melaporkan Hamza dan Mustafa ditembak saat mereka mencoba mewawancarai warga sipil yang terpaksa mengungsi karena serangan pengeboman Israel sebelumnya. Hamza berusia 27 tahun sementara Mustafa juga berusia 20-an. Di pemakaman Hamza, Wael terlihat tenang tapi pasrah.

Wael mengatakan, ia menjadi salah satu warga Gaza yang mengucapkan perpisahan pada orang-orang tercinta. Ia pun bersumpah untuk terus menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi Gaza meski terus kehilangan orang-orang yang ia cintai.

“Hamza segalanya bagi saya, putra tertua, jiwanya adalah jiwa saya, ini air mata perpisahan dan kehilangan, air mata kemanusiaan,” katanya.

Jaringan Media Al Jazeera mengutuk serangan tersebut. “Pembunuhan Mustafa dan Hamza yang dalam perjalanan melaksanakan tugas mereka di Jalur Gaza, menegaskan kembali kebutuhan untuk langkah hukum terhadap pasukan penjajah untuk memastikan tidak ada kekebalan hukum,” kata Al Jazeera dalam pernyataannya.

https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/01/jurnalis_al_jazeera2_2a43bc0313.jpg

Menanggapi kematian dua wartawan tersebut, kantor berita Gaza mengecam serangan terhadap mereka. Hamza sangat dekat dengan keluarganya dan sangat sedih mendengar Israel menembak rumah yang mereka tinggali sementara di kamp pengungsian Nuseirat pada 25 Oktober lalu.

Rekan-rekannya mengatakan kesedihannya menjadi motivasi Hamza melakukan reportase perang di Gaza. Istrinya dan anggota keluarga yang masih tersisa datang ke pemakaman sebelum ia dikuburkan.

Wael berada di samping jenazah putranya yang akan dikebumikan, menenangkan anggota keluarga mereka yang lain. Jurnalis senior itu menjadi wajah liputan di Gaza dan simbol perlawanan rakyat Gaza. Kantor media Pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan, dua kematian terbaru menambah korban jiwa jurnalis akibat serangan Israel menjadi 109 orang sejak awal perang berkecamuk pada 7 Oktober 2023.
 

Sumber: Inilah.com