News

Kang Emil Ungkap Cara 2 Kelompok Nilai Perbedaan, Satunya Rute Menuju Kehancuran

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut ada 2 kelompok yang memiliki sudut pandang dalam melihat perbedaan keberagaman di Indonesia. Kelompok pertama menilai perbedaan sebagai rahmat. Sementara kelompok kedua melihat perbedaan sebagai sumber kebencian.

Menurut Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, jika menilai perbedaan sebagai sumber kebencian terus menjamur, maka rute menuju kehancuran semakin mendekat. Pasalnya dari kebencian di hati bisa melahirkan hasutan, kemudian dari hasutan dapat menciptakan kerusuhan.

“Jika kerusuhan tak bisa berhenti lahir lah peperangan. Jika peperangan tak bisa dihentikan, kesepakan berbangsa dan bernegara pasti bubar jalan,” kata Kang Emil, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (29/1/2022).

Kang Emil lantas mencontohkan Yugoslavia, sebuah negara republik yang pernah eksis pada tahun 1943 hingga 1992. Negara itu bubar akibat tidak mampu menangani masalah yang memicu perang antar-etnik Serbia dan Bosnia. Perang ini menimbulkan ribuan korban jiwa.

Lalu India, yang terpecah menjadi mayoritas Hindu dan Pakistan dengan mayoritas Islam. Dahulu Pakistan masih Pakistan Timur dan Pakistan Barat, kini Bangladesh.

“Hindu dan Islam tidak bisa bersatu, lalu pihak Islam membentuk Pakistan, lalu Pakistan pecah lagi menjadi Bangladesh. Allah sudah memperlihatkan depan mata kita. Kalau namanya Pancasila itu tidak kita jaga, maka rute kehancuran itu sudah di depan mata,” imbunya.

Berdasarkan itu, Kang Emil menekankan mendukung penuh gagasan Islam tengah yang Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan kerap suarakan. Mengingat Islam tengah adalah sebuah kesepakatan ciri khas Indonesia.

“Sikap saya sangat mendukung narasi ini (Islam tengah) 1000 persen. Saya akan corongkan kemana-mana. Ini bukan soal warna partai, bukan soal identitas. Tapi soal keselamatan dan kedaulatan kita di masa depan,” ucap Kang Emil.

Indonesia Butuh Islam Tengah

Sebelumnya, Ketum PAN Zulkifli Hasan menyampaikan Pidato Kebudayaan
bertajuk “Indonesia Butuh Islam Tengah” di Auditorium Utama Perpustakaan Nasional RI.

Dalam pidatonya, Zulhas menyampaikan pentingnya positioning Islam yang moderat atau Islam Tengah di Indonesia, untuk dipahamkan kembali kepada publik luas. Termasuk, kepada para tokoh politik, tokoh bangsa, tokoh pers hingga tokoh budaya.

Wakil Ketua MPR itu juga menekankan Islam tengah tidak hanya membawa misi Ketuhanan tetapi juga misi kemanusian. Untuk itu seluruh komponen bangsa meski terus mengaungkan semangat Islam tengah dalam bernegara. Langkah itu juga penting untuk menekan pemikiran yang ekstremis di tengah hidup dalam keberagaman.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Willi Nafie

Jurnalis, setia melakukan perkara yang kecil untuk temukan hal yang besar
Back to top button