Hangout

Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius Anak Meningkat, Begini Cara Pencegahannya

Selasa, 11 Okt 2022 – 19:13 WIB

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI ) mengungkapkan cara pencegahan agar kasus gagal ginjal akut misterius pada anak tidak semakin melonjak. Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menjelaskan upaya pencegahan penyakit gagal ginjal akut misterius pada anak salah satunya adalah dengan melakukan pengecekan secara berkala pada gejala umum seperti batuk, pilek, diare, dan demam.

Senada dengan hal tersebut, dr. Eka Laksmi Hidayaiti, SpA(K) selaku Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI menjelaskan pencegahan hanya dapat dilakukan dengan kewaspadaan pada gejala batuk pilek, diare, demam dan dipantau air seninya. Jika ada penurunan air seni, harap segera dibawa ke rumah sakit.

“Pertolongan pertama yang dapat dilakukan memang hanya dengan kewaspadaan gejala pada umumnya, namun jika ada pasien yang diare sampai mengeluarkan banyak cairan kondisi itu harus segera diberi cairan tambahan secepatnya di rumah sakit,” Tambah dr. Eka Laksmi Hidayaiti, SpA(K) selaku Sekretaris Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI saat temu media virtual, Jakarta, Selasa, (11/10/2022).

Saat ini, IDAI sudah menerima 131 kasus Gagal Ginjal Anak terhitung hingga Oktober 2022.

“Penyebabnya belum dapat dipastikan tetapi kebanyakan karena hepatitis dan infeksi ringan sampai ke berat,” kata Piprim.

Sejak Agustus 2022 lonjakan kasus gagal ginjal akut ini cukup signifikan menjadi 35 kasus dan di bulan September 2022 menjadi 71 kasus. Namun Oktober ini terdapat 9 kasus.

Menurut dr. Eka Laksmi Hidayaiti, SpA(K), usia anak yang mengalami kasus ini dari anak-anak balita sampai dengan umur 8 tahun untuk DKI Jakarta.

“Data yang saya dapat di DKI Jakarta ini dari anak-anak balita sampai anak usia 8 tahun. Namun, ada juga yang belasan tahun untuk di luar DKI Jakarta,” kata Eka.

Investigasi dilakukan untuk mendalami kasus gagal ginjal akut ini, IDAI sudah melakukan tindakan mulai dari swab tenggorokan untuk memeriksa panel infeksi yang mempengaruhi pernapasan, lalu pengecekan kembali di laboratorium rumah sakit banyak ditemui pasien mengalami peradangan di banyak organ.

“Di antaranya hati dan penggumpalan darah namun masih belum ada konklusi untuk kasus ini,” tambahnya.

Dari data yang terkumpul, banyak pasien yang pulang dengan kondisi pulih. Ada juga pasien yang belum pulih sehingga mereka masih harus melakukan cuci darah.

“Untuk para orang tua waspada boleh tetapi jangan panik. Karena kami dari awal kasus sampai sekarang masih terus koordinasi dengan Kemenkes dan investigasi untuk dokter anak panduan apa saja yang harus dilakukan,” ujar Piprim.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button