Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P3TM) Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan bahwa tanggal 29 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia. Tahun ini, tema yang diangkat secara global adalah “Use Heart for Action,” sementara tema nasionalnya adalah “Ayo Bergerak untuk Sehatkan Jantungmu.”
“Tujuan utama dari peringatan Hari Jantung Sedunia adalah untuk memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan jantung,” ujar Nadia dalam briefing media virtual, Senin (23/9/2024).
Nadia menjelaskan bahwa berdasarkan data 2021, terdapat peningkatan kasus kematian akibat penyakit jantung, bahkan di kalangan usia muda. “Penyakit jantung kini lebih banyak terjadi pada usia muda, yang seharusnya memiliki risiko lebih rendah. Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, hipertensi, obesitas, dan diabetes melitus,” jelasnya.
Penyakit Jantung dan Faktor Risiko
Nadia menegaskan bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang membutuhkan waktu lama hingga gejala muncul. Penyebab utama penyakit ini bukanlah penularan, melainkan faktor genetik, lingkungan, dan perilaku.
“Penyakit jantung sangat dipengaruhi oleh perilaku sehari-hari. Penting untuk mengontrol konsumsi gula, garam, dan lemak agar tidak berlebihan,” tuturnya. Ia juga mengungkapkan bahwa dari setiap 10 orang yang berisiko menderita penyakit tidak menular, hanya tiga yang terdeteksi, dan dari jumlah tersebut, hanya satu orang yang berobat secara teratur.
“Kebiasaan kita seringkali hanya minum obat ketika tensi sedang tinggi. Padahal, orang yang memiliki hipertensi seharusnya memeriksakan tensi secara rutin dan berobat secara teratur,” tegas Nadia.
Upaya Pencegahan dan Penanganan
Untuk menanggulangi penyakit jantung di Indonesia, Nadia menekankan pentingnya tiga langkah utama: edukasi dan literasi kepada masyarakat, deteksi dini, serta penanganan kasus mulai dari puskesmas hingga rumah sakit, termasuk rehabilitasi bagi penderita yang telah terkena dampaknya.
“Pencegahan dan penanganan komprehensif mulai dari edukasi hingga rehabilitasi sangat penting untuk mengurangi dampak penyakit jantung di Indonesia,” tandas Nadia.