Keamanan dan Masa Depan AI di Indonesia, CEO NTT Data: LLM akan Ditinggalkan


Seiring pesatnya perkembangan AI di Indonesia, tantangan terkait keamanan dan regulasi semakin menjadi perhatian. CEO NTT Data Indonesia, Hendra Lesmana, mengungkapkan bahwa banyak eksekutif IT merasa kewalahan dengan cepatnya adopsi AI, terutama dalam hal keamanan data dan tata kelola.

“Banyak Chief Information Security Officers (CISOs) merasa tertekan dengan kemajuan Generative AI. Mereka khawatir soal privasi dan keamanan data,” ujarnya dalam acara NTT Data Media Gathering.

Menurut laporan Global GenAI NTT Data, 45% CISOs mengaku khawatir dengan keamanan AI, sementara 80% responden masih ragu dengan manfaat nyata AI dalam operasional bisnis mereka. 

Tantangan ini menunjukkan bahwa regulasi AI di Indonesia masih perlu diperkuat agar AI bisa diadopsi secara aman dan bertanggung jawab.

NTT Data sendiri telah mengembangkan berbagai solusi untuk menghadapi tantangan ini, termasuk sistem keamanan data berbasis AI dan pelatihan tata kelola AI untuk perusahaan di Indonesia.

Masa Depan AI: Beralih ke Small Language Model (SLM)

Selain isu keamanan, Hendra juga mengungkapkan tren baru dalam dunia AI. Menurutnya, Large Language Model (LLM) yang saat ini populer akan mulai ditinggalkan, dan dunia industri akan mulai beralih ke Small Language Model (SLM).

“LLM terlalu besar dan mahal. Proyeksi ke depan adalah SLM, yang lebih efisien dan lebih murah dalam implementasinya,” jelasnya. Tren ini penting untuk bisnis di Indonesia yang masih mencari solusi AI yang lebih terjangkau namun tetap efektif.

Dalam mendukung inovasi ini, NTT Data telah mengalokasikan investasi USD 3,6 miliar per tahun untuk R&D, termasuk di Indonesia. Dana ini digunakan untuk mengembangkan teknologi AI, solusi keamanan, cloud computing, dan analitik data yang bisa diterapkan langsung oleh perusahaan lokal.

NTT Data: Dari Infrastruktur Hingga R&D AI

Selain berfokus pada pengembangan AI, NTT Data juga menaruh perhatian pada infrastruktur digital. Salah satu proyek besar mereka adalah pengembangan kabel fiber canggih yang mampu mentransfer data dengan kecepatan tinggi tanpa risiko kehilangan data (data loss).

“Kami terus melakukan inovasi, termasuk dalam infrastruktur data. Salah satu pengembangan terbaru kami adalah kabel fiber yang bisa dilipat tanpa mengurangi kecepatan transfer data,” kata Hendra.

NTT Data juga telah mengembangkan berbagai program edukasi dan pelatihan AI bagi perusahaan di Indonesia. Mereka menekankan bahwa AI bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal kesiapan manusia dalam menggunakannya.

“Kami punya modul pelatihan untuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang benar. Semua karyawan di NTT Data sendiri wajib menjalani pelatihan ini,” ujarnya.

AI yang Bertanggung Jawab

Hendra menutup pemaparannya dengan menekankan bahwa AI harus diterapkan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan kebutuhan bisnis.

“Kalau AI hanya sekadar diadopsi tanpa strategi yang jelas, hasilnya bisa tidak sesuai harapan. AI yang baik harus bisa dipertanggungjawabkan, aman, dan benar-benar memberikan manfaat bagi perusahaan,” tutupnya.

Dengan perkembangan AI yang semakin pesat, Indonesia harus bergerak cepat dalam menyiapkan regulasi yang kuat dan strategi yang tepat agar AI benar-benar bisa dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi dan industri.