Anggota Komisi IV DPR RI Rokhmin Dahuri menyebut kebijakan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump adalah tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.
Menurut Rokhmin, kebijakan tarif ekspor yang mencapai 32 persen bukan hanya berdampak pada Indonesia, tetapi hampir seluruh negara di dunia. Meski begitu, ia menilai Indonesia harus menyikapinya dengan dua langkah strategis yaitu diplomasi yang kuat dan peningkatan daya saing nasional.
“Kalau boleh kami menyarankan pemerintah, ada dua jurus yang bisa dilakukan. Pertama, cobalah yang terbaik untuk melakukan diplomasi dan negosiasi. Tarif segitu sangat mencekik Indonesia, apalagi kita masih berstatus negara berkembang. Dengan kemampuan diplomasi Indonesia dan memilih delegasi yang tepat, saya yakin kita bisa berhasil,” ujar Rokhmin dalam keterangan tertulis, Jumat (11/5/2025).
Rokhmin menekankan agar Indonesia segera mengirimkan tim negosiator yang kompeten dan mampu meyakinkan Amerika Serikat agar menurunkan tarif impor. Langkah selanjutnya, Indonesia harus menjadikan kondisi ini sebagai momentum untuk meningkatkan daya saing sektor pangan nasional.
Dia mendorong seluruh komponen bangsa untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan produksi komoditas lokal agar tetap menguntungkan di tengah tekanan global.
“Petani, nelayan, peternak, dan pelaku usaha pangan lainnya harus bisa tetap bertahan dan mendapatkan keuntungan, berapapun harga jualnya. Ini soal bagaimana kita meningkatkan efisiensi dan daya saing produk kita,” ucapnya.
Politisi Fraksi PDIP itu juga menilai tekanan global seperti ini bisa menjadi katalis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus memperluas pasar alternatif di luar Amerika Serikat.
“Dengan semangat gotong royong dan dukungan kebijakan yang tepat, saya yakin sektor pangan kita bisa semakin kuat menghadapi ketidakpastian global,” tuturnya.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya pada Rabu (2/4/2025) telah mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen ke banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terhadap barang-barang yang masuk ke Negeri Abang Sam tersebut.
Menurut unggahan Gedung Putih di Instagram, Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen. Sekitar 60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka berlakukan terhadap AS.
Berdasarkan daftar tersebut, Indonesia bukan negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban dagang AS. Ada pula Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif 24 persen, 49 persen, 46 persen dan 36 persen.