Sepanjang Januari hingga Mei 2024, penjualan otomotif mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pertanda, keuangan kelas menengah di Indonesia menipis.
“Angka penjualan mobil turun tajam, kelas menengah hidupnya sangat memprihatinkan saat ini. Kesulitan keuangan sudah merembet kelompok menengah. Makan tabungan terus. Sehingga tabungannya yang di atas Rp100 juta menyusut menjadi kurang dari Rp100 juta,” papar ekonom senior, Faisal Basri saat podcast dengan Novel Baswedan, Rabu (19/6/2024).
Data Business Insider menyebutkan, sebagian besar kelas menengah merasa ragu untuk membeli mobil baru, lantaran harganya yang tidak stabil di pasaran. Hal ini menimbulkan masalah baru bagi industri otomotif di Indonesia.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, penjualan mobil baru dari diler ke konsumen alias retail, sepanjang Januari-Mei 2024, hanya 361.698 unit. Turun 14 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023, angkanya mencapai 422.154 unit.
“Baik harga kendaraan baru dan bekas telah menurun selama dua tahun ini. Kita tidak lagi berada di tahun 2023, ketika permintaan yang terpendam, kelebihan tabungan akibat pandemi, dan belanja balas dendam membuat perekonomian terus tumbuh,” ujar ekonom Cox Automotive, Jonathan Smoke.
Saat ini, kata Jonathan, calon pembeli tengah mencoba menunggu perubahan harga dan suku bunga. Harapannya, mereka bisa mendapatkan harga yang lebih baik dalam satu atau dua bulan ke depan.
“Industri mobil kini berada di ambang apa yang oleh para ekonom disebut sebagai “spiral deflasi. Fenomena ini terjadi ketika konsumen menunda pembeliannya sehingga mengurangi permintaan dan menyebabkan pasokan menumpuk sehingga memberikan tekanan pada harga,” kata Jonathan.
Penurunan ini juga dirasakan oleh sebagian besar produsen mobil ternama, salah satunya adalah Daihatsu. Dalam kurun jangka waktu beberapa bulan ini, konsumen yang membeli mobil baru Daihatsu hanya berjumlah 76.313 unit.