Warga hanya mengamati tidak belanja pakaian yang dijajakan di kawasan Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (12/8/2024). (Foto: Antara/Muhammad Adimaja).
Survei menunjukkan, kelas menengah semakin boncos dan kehilangan daya beli. Mereka perketat anggaran belanja. Termasuk untuk perawatan kulit atau skincare, budget dipapras habis.
Sehingga, jangan kaget jika wajah perempuan kelas menengah yang dulunya kinclong alias glowing, sekarang menjadi agak kasar. Kurang bersinar.
Berdasarkan survei terbaru dari Investure bertajuk Indonesia Industry Outlook 2025, membeberkan, kelas menengah harus memangkas anggaran skincare atau menunda beli kendaraan. Karena, daya beli beli mereka merosot tajam.
Founding Chairman Indonesia Industry Outlook, Yuswohady menjelaskan, survei menunjukkan, sebanyak 49 persen kelas menengah, mengakui adanya penurunan daya beli. Tiga alasan utama, kenaikan harga kebutuhan pokok (85 persen), mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan (52 persen), dan pendapatan yang stagnan (45 persen).
“Saya kira angka yang sangat besar 49 persen (kelas menengah), daya belinya menurun,” ujar Yuswohady, Jakarta, dikutip Kamis (24/10/2024).
Dia bilang, kelas menengah harus memangkas anggaran belanja ke sejumlah pos pengeluaran. Survei menunjukkan, tiga pos pengeluaran yang paling banyak dipangkas kelas menengah adalah produk skincare premium (SK-II, Laneige, dll), renovasi rumah dan membeli furnitur baru, serta pengeluaran untuk membership atau langganan (gym, netflix, Spotify, dll).
Tak berhenti di situ, kelas menengah juga harus menunda sejumlah rencana di masa depan, gara-gara pelemahan daya belinya.
Ada tiga pengeluaran yang paling banyak ditunda, yakni membeli kendaraan (70 persen), membeli atau renovasi rumah (68 persen), dan investasi atau tabungan non-emergency (56 persen).
Yuswohady menjelaskan, berbagai pos pengeluaran yang dipangkas dan ditunda tersebut sangat masuk akal karena merupakan item yang membutuhkan biaya besar hingga komitmen finansial jangka panjang.
“Artinya (pelaku usaha) properti dan otomotif harus hati-hati,” jelas Yuswohady.
Informasi saja, riset ini menyasar 450 responden yang terdiri dari kelas menengah generasi milenial dan Gen Z, metode wawancara tatap muka pada September 2024. Survei dilakukan di lima kota besar yaitu Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.