Ribuan warga Gaza kembali ke rumah di utara setelah melarikan diri dari serangan Israel. Kelompok-kelompok bantuan bersiap bekerja keras untuk memfasilitasi kepulangan mereka. Hanya saja pemulangan massal itu tidak mudah.
Organisasi bantuan ini dihadapkan dengan tantangan berat untuk mendukung masyarakat yang kembali ke wilayah yang hancur, dengan rumah-rumah tinggal puing-puing dan infrastruktur penting tertimbun reruntuhan.
Banyak warga Palestina yang kembali akan mendapati lingkungan tempat tinggalnya tidak dapat dikenali lagi, dengan kehancuran yang meluas sehingga membuat mereka tidak memiliki tempat berlindung, air bersih, dan kebutuhan pokok.
Organisasi kemanusiaan memobilisasi upaya untuk menyediakan bantuan darurat, termasuk perumahan sementara, dukungan medis, dan persediaan makanan. Mereka harus mengantisipasi permintaan bantuan yang sangat besar dalam beberapa minggu mendatang.
Bantuan Medis untuk Palestina (MAP), mengutip The New Arab (TNA) mengungkapkan, kemarin, pihaknya siap untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan dan dukungan medis darurat di Gaza segera setelah akses membaik. “Di utara, saat ini kami tengah mendistribusikan air kepada para pengungsi internal saat mereka kembali,” kata Fikr Shalltoot, Direktur MAP di Gaza.
“Kami juga menilai kebutuhan di lapangan saat orang-orang kembali, untuk melihat apa yang dibutuhkan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa MAP akan menyediakan tempat penampungan tenda bagi keluarga melalui mitranya, Forum Pengembangan Sosial. “Kami berencana untuk memindahkan beberapa titik medis kami kembali ke utara dalam dua minggu ke depan.”
Kelompok bantuan itu juga mengharapkan banyak stafnya untuk kembali ke rumah dan mengatakan akan mendukung mereka. “Kami akan mencoba memberi mereka waktu dan ruang untuk mengatasi gangguan besar dan dahsyat dalam kehidupan mereka,” kata Shalltoot. “Kami juga telah mengidentifikasi staf yang akan terus menjalankan program penting kami selama periode ini.”
Direktur tersebut menyoroti bahwa lebih dari 90 persen rumah warga Gaza telah rusak dan hancur, serta lingkungan sekitar berubah menjadi puing-puing. “Kehidupan warga Palestina terus terancam secara kritis oleh penyakit, wabah, kelaparan, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan yang memadai menyusul pembongkaran sistematis sistem kesehatan Gaza oleh militer Israel,” kata Shalltoot kepada TNA. “Jaringan kehidupan manusia telah hancur. Tidak ada yang sama seperti sebelumnya.”
Direktur tersebut mengatakan meskipun gencatan senjata sementara memungkinkan sejumlah pengungsi internal untuk kembali ke rumah mereka, namun penghancuran luas yang dilakukan militer Israel menjadikan banyak warga tidak punya tempat tinggal lagi, yang menggarisbawahi perlunya membangun kembali daerah kantong tersebut.
“Semua orang yang mengungsi secara paksa harus diizinkan segera kembali dan membangun rumah serta infrastruktur penting mereka, serta memiliki akses terhadap sumber daya,” kata Shalltoot. Ia menambahkan akibat perang Israel akan butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkan dan membangun kembali Gaza.
“Meskipun kami berharap gencatan senjata sementara ini akan menyelamatkan nyawa warga Palestina dan meringankan sebagian penderitaan yang ditimbulkan militer Israel, hal ini menandai awal, bukan akhir, dari upaya untuk memulihkan kesehatan, martabat, dan kebebasan bagi rakyat Palestina.”
Setelah gencatan senjata, bantuan kemanusiaan telah mengalir ke Gaza, sesuatu yang dibatasi oleh tentara Israel selama perang.