Kemenag: Hilal Belum Terlihat, Idul Fitri Senin 31 Maret


Kementerian Agama (Kemenag) menggelar seminar hilal guna melihat penentuan Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah.

Dalam seminarnya, posisi hilal di Indonesia pada sore, Sabtu 29 Maret 2025 belum memenuhi kriteria baru hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

“Di seluruh wilayah NKRI tidak memenuhi kriteria visibilitas hilal atau imkan rukyat MABIMS (3-6,4) derajat. Oleh karenanya hilal menjelang awal Syawal 1446 H pada hari rukyat ini secara teoritis diprediksi mustahil dapat dirukyat, karena posisinya berada di bawah ufuk pada saat matahari terbenam,” kata Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag RI Cecep Nurwendaya, di Kantor Kemenag Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (29/3/2023).

Lebih lanjut, Cecep menjelaskan ketinggian posisi hilal jika dilihat dari Jakarta saat ini berada di bawah ufuk ketentuan MABIMS. Pada hari rukyat tanggal 29 Maret 2025 M, tinggi hilal di seluruh wilayah NKRI antara -3° 15′ 28″ (-3,26°) sampai dengan  -1° 04′ 34″ (-1,08°) dan elongasi antara 1° 36′ 23″ (1,61°) s.d. 1° 12′ 53″ (1,21°).

“Berdasar kriteria MABIMS, pada tanggal 29 Ramadan 1446 H atau 29 Maret 2025 M posisi hilal di wilayah NKRI tidak ada yang memenuhi kriteria tinggi hilal minimum 3° dan elongasi minimum 6,4,” tuturnya.

“Sehingga tanggal 1 Syawal 1446 H secara hisab jatuh bertepatan dengan hari Senin Pahing, tanggal 31 Maret 2025 M,” sambung Cecep.

Proses Rukyatul Hilal dilalukan di 33 titik di seluruh Indonesia. Sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib. Kemenag mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan Ormas Islam. Diundang juga perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.