Hangout

Kemenkes Ungkap Ada Enam Sebab Terjadinya Gagal Ginjal Akut

Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI)  bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rumah Sakit, epidemiologi, toksikologi, dan profesi-profesi lainnya melakukan penelitian terkait penyakit Gagal Ginjal Akut pada anak.

Mereka berupaya keras melakukan pemeriksaan untuk menemukan obat dan penyebabnya. Tim yang disebut oleh Juru Bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahrir, melakukan investigasi dengan beberapa metode, di antaranya melakukan surveillance (pengawasan), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan patogen, memeriksa darah pasien, urine, sampai pemeriksaan biopsi ginjal. Terlihat ada enam sebab Gagal Ginjal Akut yang terjadi pada anak.

“Penyebab Gangguan Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Akut ini banyak ya, bisa karena infeksi, dehidrasi, perdarahan, penyakit lain, kongenital, atau intoksikasi. Nah intoksikasi atau keracunan itu bisa karena makanan, minuman dan karena obat-obatan,” kata Syahrir saat temu media virtual, Jakarta, Jumat, (04/11/2022).

Dari penelitian tersebut kata Syahrir, selanjutnya mengerucut kepada dua metode penelitian, yaitu pemeriksaan darah dan urine. Hasilnya adalah ditemukan zat Etilen Glikol dan Dietilen Glikol (EG dan DEG) yang menyebabkan kerusakan ginjal, dan umumnya terdapat di dalam obat berjenis sirop.

“Kami semua juga bingung kan karena kasus ini pertama kali, makanya disebut atipikal atau misterius. Ternyata setelah sekian hari kami melakukan penelitian itu, kami mengerucut kepada hasil pemeriksaan darah, urine, itu ditemukan ada zat-zat yang selama ini kita bahas ramai, yaitu itu (EG dan DEG). Selain itu ditemukan adanya kerusakan-kerusakan di ginjal yang disebabkan oleh zat tersebut,” paparnya.

Setelah penemuan tersebut, Kemenkes langsung mengumumkan larangan jenis obat yang mengandung zat Etilen Glikol dan Dietilen Glikol (EG dan DEG) sementara, untuk mengurangi penambahan kasus dan jumlah kematian. Dari proses penelitian tersebut, BPOM juga dengan sigap bekerjasama dengan kemenkes langsung mengumumkan jenis obat yang masih aman digunakan. Hasilnya, terjadi penurunan kasus yang drastis.

“Nah, setelah kami menghimbau larangan obat sirop tersebut, terjadi penurunan kasus yang drastis. Biasanya per hari itu sampai 75-100 kasus, setelah diumumkan larangan tersebut langsung menurun hanya sekitar 5 kasus per hari. Sekarang laporan kasus yang diterima per harinya menjadi sangat sedikit, alhamdulillah bawah 5 kasus per harinya,” tambahnya.

Masih menurut Syahrir, pelarangan obat tersebut berdasarkan temuan yang terbukti, yaitu terdapat EG dan DEG di dalam darah, plasma, dan urine pasien yang menyebabkan terjadinya kerusakan ginjal. Pasien-pasien yang diperiksa tersebut memiliki beberapa tahapan, tahap pertama disebut Prodromal atau gejala awal, yaitu demam, diare, mual, muntah, dan batuk.

Kemudian dalam rentang 1-5 hari mulai terjadi gangguan ginjal yang ditandai dengan berkurangnya frekuensi Buang Air kecil (BAK). Beberapa pasien yang gejalanya berlanjut, lalu terjadi anuria, situasi pasien itu betul-betul tidak bisa mengeluarkan urine.

“Nah itu ada 3 stadium ya, kalau dia stadium 2, 3 itu maka itu sudah indikasi harus dilakukan hemodialisis . Memang banyak pasien yang sudah dilakukan hemodialisis dapat diselamatkan, namun ada juga yang tidak bisa terselamatkan karena memang gagal ginjalnya betul-betul sudah stadium berat ya,” ungkapnya.

Setelah melarang sementara jenis obat sirop tersebut, pada tanggal 25 Oktober 2022, tim yang disebut Syahrir menemukan antidotum atau obat penawar Gagal Ginjal Akut. Setelah diberikan, terlihat perbaikan yang sangat signifikan kepada pasien-pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kemudian Kemenkes langsung mendatangkan obat tersebut dari Singapura, Australia, dan Jepang yang diberikan secara gratis kepada pasien.

Kini Fomephizol telah ditemukan dan dibagikan secara gratis. Saat ini ada kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) ada 323 kasus yang tersebar di 28 provinsi. Namun kabar baiknya, dalam satu minggu terakhir kasus ini mulai menurun secara signifikan.

Syahrir menghimbau agar seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan selalu siap siaga, mengingat total kasus COVID-19 dan Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) tengah melonjak dalam satu minggu terakhir.

Terutama pada kasus COVID-19 yang meningkat sampai dua kali lipat. Ia juga mengajak masyarakat agar tetap waspada dan jangan panik. Cukup menjaga Pemberlakuan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menaati protokol kesehatan, mengingat solusi dan pencegahan kedua penyakit tersebut telah ditemukan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button