Market

Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS Dorong Penguatan Dolar

Kenaikan imbal hasil obligasi di AS, menarik minat banyak investor kakap, sehingga berdampak kepada kenaikan dolar AS secara signifikan. Dampak kebijakan bank sentral AS mengerek suku bunga.

Mata uang AS menguat terhadap euro dan yen, namun turun tipis terhadap sterling. Penurunan terjadi sejak Kamis (17/11/2022), menyusul anggaran terbaru Inggris.

Kala itu, investor bereaksi terhadap komentar pembuat kebijakan hawkish dengan Presiden The Fed St Louis, James Bullard yang mengatakan bahwa sekalipun di bawah analisis kebijakan moneter yang “murah hati’, The Fed perlu terus menaikkan suku bunga karena pengetatannya sejauh ini “hanya berdampak terbatas terhadap inflasi yang diamati.”

Euro turun 0,34 persen terhadap dolar di level 1,0329 dolar AS, sebelumnya naik 0,29 persen. Pound Sterling memangkas kenaikan terhadap greenback dan bertahan naik 0,22 persen, setelah menguat 0,70 persen.

Euro dan sterling telah mencapai tertinggi multi-bulan terhadap dolar awal pekan ini setelah data inflasi menunjukkan berkurangnya tekanan harga-harga AS.

Analis Senior FXStreet, Joseph Trevisani, menunjuk pada pernyataan hawkish dari pejabat The Fed seperti Bullard yang “membantu menggagalkan spekulasi bahwa The Fed mendekati jeda” dalam kampanyenya melawan inflasi, dan mengatur panggung untuk kenaikan dolar bersama dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

“Pemulihan imbal hasil obligasi pemerintah AS selama dua hari memberikan dolar sedikit perbaikan setelah inflasi tajam minggu lalu mendorong aksi jual,” kata Trevisani.

Beberapa analis juga menyatakan investor mungkin memposisikan diri untuk akhir tahun setelah penguatan dolar untuk tahun ini hingga saat ini.

Ahli strategi makro Societe Generale Kit Juckes menulis bahwa “mungkin proses pengurangan posisi menjelang akhir tahun telah dimulai dengan sungguh-sungguh.”

“Tahun 2022 adalah badai yang hampir sempurna yang mendukung dolar, yang naik karena pertumbuhan yang lebih kuat, suku bunga yang lebih tinggi, persyaratan perdagangan, dan kekhawatiran geopolitik. Kondisi likuiditas memburuk, dan pemangkasan kembali posisi,” katanya.

Dalam politik internasional, ledakan di Polandia telah menciptakan gejolak pasar di awal pekan ini, tetapi Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, mengatakan pada Jumat (18/11/2022) bahwa serangan rudal Rusia telah melumpuhkan hampir setengah dari sistem energi Ukraina saat pertempuran sengit berkecamuk di wilayah timur dan selatan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button