Hangout

Kenali Perbedaan Pod dan Mod bagi yang Ingin Beralih ke Rokok Elektrik

Senin, 20 Jun 2022 – 03:03 WIB

Mengenali Perbedaan Pod dan Mod Bagi yang Ingin Beralih ke Rokok Elektrik

Rokok Elektrik/ urvapin.com

Bagi para perokok dewasa yang tertarik untuk beralih ke rokok elektrik tentu akan sedikit kebingungan pada awalnya. Atau bahkan mungkin para perokok elektrik atau vapers pun masih ada juga yang belum sepenuhnya memahami.

Dalam dunia vape, banyak istilah atau penamaan yang mungkin masih asing. Kebingungan ini kemungkinan mempengaruhi pilihan mana yang paling cocok bagi yang ingin beralih.

Secara umum, rokok elektrik terdiri dari dua gaya dan aplikasi yang berbeda yakni Pod dan Mod. Tak hanya terlihat berbeda dari besarannya saja, Pod yang lebih kecil dan lebih nyaman, tetapi ada juga perbedaan penting lainnya antara Mod dan Pod vape yang harus dipertimbangkan saat memutuskan untuk membeli.

“Pilihan yang ada di pasaran terkadang bisa tampak sedikit berlebihan. Karena jumlah perangkatnya yang beragam, perbedaan antara Pod dan Mod terutama akan turun ke beberapa faktor, ada ukuran, kekuatan baterai, keterjangkauan harga, dan e-liquid,” kata Ketua Konsumen Vape Berorganisasi (KONVO) Hokkop Situngkir dalam keterangan persnya, Minggu (19/6/2022).

Mod adalah perangkat rokok elektrik yang dapat dimodifikasi atau modifiable (disingkat menjadi Mod). Mod menggunakan teknologi sub-ohm untuk memberi vapers lebih banyak daya dan menghasilkan lebih banyak uap.

Perangkat ini memungkinkan vapers untuk memodifikasi bagian alat penguap yang dapat dipindahkan seperti kumparan dan sumbu, yang mengubah mekanika dan ketahanan daya. Dengan melakukan ini, vapers dapat bermain dengan kekuatan dan suhu alat penguap, yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan rasa dan ukuran awan uap.

Mod dan Pod sama-sama memiliki tangki untuk menyimpan e-liquid. Namun, banyak pengguna Mod menyampur campuran e-liquid mereka sendiri agar sesuai dengan selera mereka. E-liquid yang digunakan pada Mod biasanya nikotin freebase serta cairan PG dan atau VG. PG dikenal untuk meningkatkan rasa dan konsistensi, sementara VG yang lebih tebal akan meningkatkan kepadatan uap yang dihasilkan.

“Oleh karena itu, pengguna Mod dapat bermain dengan rasio PG dan VG untuk menemukan rasa dan sensasi vape yang unik. Kemampuan menyesuaikan pengaturan Mod tersebut menjadikan Mod perangkat yang ideal bagi mereka yang ingin bermain dengan pengalaman vaping mereka,” tambah Hokkop.

Kelemahan Mod adalah ukuran, kepraktisan dan keterjangkauan biayanya. Karena Mod memiliki beberapa bagian yang dapat diatur sesuai selera dan pilihan e-liquid, idealnya membutuhkan satu kotak khusus berisikan peralatan untuk mengganti koil, baterai, kapas, dan lain-lain.

Sementara Pod, tidak seperti Mod, tidak dibuat untuk memproduksi uap yang seperti awan.

Pod menggunakan jenis teknologi sub-ohm yang sama dengan Mod untuk membuat uap, meskipun dengan daya dan suhu yang lebih rendah. Dari segi bentuk pun, Pod biasanya berbentuk lebih ramping dan memiliki banyak pilihan yang penuh gaya.

“Hadirnya Pod sangat ideal bagi mereka yang mencari vape berkualitas, bebas repot, dan nyaman bagi mereka yang memiliki gaya hidup on-the-go,” ujar Hokkop.

Bagi yang lebih memilih Pod pun perlu mempertimbangkan sistem yang dimiliki Pod, yaitu open dan closed system. Open sistem artinya vapers dapat mengotak-atik koil, cartridge dan liquid-nya sesuka hati, e-liquid yang digunakan juga harus berbahan salt nic yang dimasukkan secara manual oleh vapers ke dalam tangki.

Sementara closed system sebaliknya, Pod yang liquid, cartridge dan koilnya hanya diproduksi oleh pemilik brand masing-masing. Sebagai contoh, RELX dan NCIG.

“Pilihan Mod atau Pod dengan open maupun closed system, sebetulnya kembali lagi ke referensi vapers masing-masing. Asalkan produk yang dipilih dan akan dikonsumsi merupakan produk asli, bukan barang ilegal dan tidak jelas isi kandungannya. Jika memang tidak mau terlalu pusing memilih dan vapers adalah tipe orang yang praktis, Pod dengan closed system adalah pilihan paling tepat,” tutup Hokkop.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button