Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan urgensi skrining kesehatan jiwa bagi anak-anak usia sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA.
Pemeriksaan kesehatan jiwa bagi anak-anak sekolah ini menjadi salah satu program yang akan dijalankan oleh Kemenkes mulai 2025 ini.
Kepala Biro Humas Kemenkes RI Aji Muhawarman mengatakan, kebijakan ini didasarkan pada hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang menunjukkan bahwa 34,9 persen anak remaja mengalami gangguan kejiwaan atau mental disorder.
“Jadi, Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, 34,9 persen itu mengalami mental disorder. Tapi memang itu kan kesehatan jiwa ringan, sedang, berat gitu ya. Misalnya, ringan aja kecemasan, kemudian lebih berat lagi depresi, lebih berat lagi skizofrenia,” kata Aji kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (6/2/2025).
Aji menegaskan, pemeriksaan yang akan diberikan secara gratis ini bertujuan untuk mengetahui sejak dini kondisi kesehatan mental anak-anak. Dengan begitu, intervensi bisa segera dilakukan jika ditemukan gangguan yang serius.
“Semisal nanti hasil pemeriksaannya berat mungkin perlu dirujuk, mungkin bahkan dirujuk ke rumah sakit gitu ya, ke psikiater, ditangani lebih serius gitu. Jadi memang kebijakan ini berdasarkan data,” ujar Aji.
Deteksi dini kesehatan mental, menurut Aji, memiliki peran krusial dalam mencegah dan menangani gangguan kejiwaan.
Ia mencontohkan kasus pada anak balita, di mana salah satu penyebab utama kematian adalah neonatal disorder atau gangguan pada bayi baru lahir.
Gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, kelahiran prematur, atau infeksi. Jika tidak terdeteksi dan ditangani sejak awal, kondisi tersebut dapat berdampak pada perkembangan anak, termasuk risiko retardasi mental dan gangguan kecerdasan.
“Sehingga kalau itu bisa diketahui lebih cepat, terus kami tangani, dikasih obat, segala macam terapi, itu kesempatan dia untuk normal sebagai anak-anak atau dewasa yang normal, dengan IQ yang bagus, itu ada. Maka dari itu pentingnya deteksi dini,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) mendapat skrining kejiwaan.
Hal ini diungkap Budi usai menemui Presiden RI Prabowo Subianto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2025).
“Mungkin yang baru-baru misalnya screening jiwa, kan dulu kita enggak pernah screening tuh Karena screening jiwa tuh mulai anak sekolah SD udah kita screening,” kata Budi.