News

Kepasrahan Warga Kampung Pasir Ipis Korban Gempa Cianjur yang Tak Tersentuh Bantuan

Warga Kampung Pasir Ipis, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pasrah tak mendapatkan bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dampak dari gempa bumi yang mengguncang Cianjur berkekuatan 5,6 magnitudo pada Senin (21/11/2022) lalu.

Sebagian besar warga memaklumi akses jalan menuju Kampung Pasir Ipis terbilang pelosok karena berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Cianjur. Kontur jalan yang menanjak serta harus melewati kebun teh, membuat pembawa bantuan ke desa yang berada di kawasan kaki Gunung Pangrango itu kesulitan.

Untuk mengatasi masalah tak dapat bantuan pangan, warga Kampung Pasir Ipis  memanfaatkan hasil pertanian mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Di antaranya wortel, daun bawang, sawi, bawang merah, dan lainnya.

“Ya gimana atuh ini jaraknya jauh dari mana-mana, maklum aja. Emang di Jakarta terasa gempanya? Kita enggak tahu soalnya akan serame ini. Kalau bantuan mah jarang ke sini karena jauh, ya mending desa-desa yang membutuhkan aja dulu. Kita juga butuh, tapi kasihan jauh. Makanya makasih sudah mampir ke sini,” kata Rohmat (31) saat ditemui Inilah.com di Pasir Ipis, Cugenang, Kamis (24/11/2022).

“Kita kan tani di sini, di bawah gunung langsung. Makanya pas gempa itu kita kebanyakan lagi tani. Ya insya Allah seadanya mah bisa makan, tapi kalau mau ada bantuan ke warga juga alhamdulillah,” sambung dia.

Selain itu, ia sempat mendengar cerita bahwa sebenarnya banyak logistik yang mengarah ke kampungnya, tetapi karena kampungnya itu terletak di ujung menuju gunung, logistik diambil terlebih dahulu oleh penduduk kampung-kampung yang dilintasi sejak dari pusat Kota Cianjur hingga kampung yang berdekatan dengan Pasir Ipis.

“Iya katanya mah banyak diambilin dulu, dicegat di perjalanan. Tapi kasihan mungkin karena lapar, kita mah insya Allah seadanya di sini. Cesim ditumis ge tiasa dituang (sawi ditumis juga bisa dimakan), jadi alhamdulillah,” tuturnya.

Rohmat mengaku dirinya tidak mau terlalu banyak berharap bantuan kepada siapapun dengan kondisi kampung di atas bukit. Sebab, ia bersama warga setempat berupaya mandiri dan melakukan upaya yang semaksimal mungkin agar dapat melewati masa-masa sulit pascabencana gempa yang menimpa mereka.

Bahkan, sesama warga saling membantu mengumpulkan bahan makanan yang dimiliki dan dikumpulkan di tenda darurat untuk diolah menjadi makanan.

“Diharap-harap juga malah kepikiran kan. Makanya mendingan mandiri sama warga buat tenda, yang penting sih anak-anak buat tidurnya, buat makannya. Kita di sini yang tua-tuanya makan seadanya aja cukup, yang penting anak-anak,” terang Rohmat.

“Mau berharap ke desa (pemerintah desa) ya gimana kondisinya begini, katanya kantor desanya juga rusak. Makanya kalau ada bantuan alhamdulillah, kalau enggak juga alhamdulillah,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button