Market

Kepincut Saham Infrastruktur BUMN? Cukup 10 Persen Portofolio

Harga saham-saham infrastruktur BUMN belum menunjukkan tren penguatan yang solid. Pada saat yang sama, secara valuasi juga biasa-biasa saja. Analis menyarankan cukup 10 persen dari total portofolio jika ingin mengoleksinya.

Pada perdagangan Kamis (15/9/2022), saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ditutup stagnan di Rp565, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) berakhir melemah Rp5 (0,5%) ke posisi 1.030, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) stagnan di Rp1.070 dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) parkir di zona merah Rp5 (0,6%) ke angka Rp850.

“Saham infrastruktur BUMN, seperti WSKT, PTPP, WIKA, ADHI dan lain-lain harganya belum bagus. Secara valuasi juga enggak bagus-bagus amat,” kata Pengamat dan Praktisi Pasar Modal Irwan Ariston Napitupulu kepada Inilah.com di Jakarta, baru-baru ini.

Kondisi tersebut, menurut dia, gara-gara belum adanya alokasi pembangunan, berapa dana yang dianggarkan dan akan digunakan serta pembayarannya bagaimana nantinya untuk emiten-emiten tersebut. “Selama ini, masih iming-iming, masih janji-janji,” tuturnya.

1. PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

Lebih jauh Irwan mencontohkan saham WSKT yang menanggung beban asetnya di jalan tol sehingga emiten ini berutang tinggi. “WSKT pun merencanakan rights issue untuk kembali membangun jalan,” ucapnya.

Lalu, dari sisi rasio fundamental, Price to Book Value atau PBV dari saham WSKT PBV berada di atas 1 kali. “Berarti, kalau mau saham infrastruktur BUMN, pilih selain WSKT lah ya yang PBV-nya masih di bawah 1 kali,” ujarnya.

2. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP)

Saham PTPP memiliki PBV di level 0,6 kali yang terhitung di posisi murah sebenarnya. “Tapi, karena usahanya belum maksimum sehingga valuasinya rendah dan belum banyak kontrak proyek baru pascapendemi,” papar dia.

3. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

Saham WIKA memiliki PBV di level 0,7 kali dengan PER-nya tampak minus. Ini lantaran emiten mencatatkan laba minus pada kuratal II-2022. “Ini gimana, karena labanya minus!” timpal Irwan.

Belum lagi dengan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang memunculkan polemik terkait bengkaknya biaya proyek terutama soal pembebasan lahan dan lain-lain.

“Saya tidak tahu, KCJB Jakarta-Bandung banyak ceritanya. Kemungkinan WIKA akan rights issue lagi seiring disetujuinya PMN (Penyertaan Modal Negara) senilai Rp4,3 triliun,” ungkap dia.

4. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)  

Saham ADHI memiliki PBV di level 0,5 kali. Jadi, model saham ADHI, PTPP, WIKA, semuanya di bawah 1 PBV-nya.

“Perusahaan-perusahaan kaya begini, lihat saja PBV-nya. Jangan lihat PER-nya!” tukas Irwan.

Sinyal ‘Gelap’ untuk Trading

Menurut Irwan, saham-saham tersebut masih memberikan sinyal ‘gelap’ untuk trading (investasi jangka pendek). “Tapi, asalkan kita yakin bahwa dia akan mendapatkan proyek ke depannya, selama tidak ada penyakit yang memicu pandemi, sehingga terjadi lockdown, saham-saham tersebut bisa dilirik,” papar dia.

Kalau tidak ada wabah yang seperti itu, sambung Irwan, investor bisa fokus ke pembangunan infrastruktur. “Ini akan membuat kinerja emiten-emiten infrastruktur menjadi bagus ke depannya. Alokasi dana untuk saham-saham juga tidak akan seketat seperti saat terjadi COVID-19,” ucapnya.

Hanya saja, sekarang sudah masuk September. Efek positif dari infrastruktur baru akan berdampak paling cepat nanti di kuartal IV-2022. “Kinerja di kuartal IV-2022 baru akan kelihatan di laporan keuangan kuartal I-2022 mulai bulan Maret 2023,” tuturnya.

Terapkan Pola ala Lo Keng Hong

Akan tetapi, Irwan menegaskan, kalau pemodal berniat investasi jangka panjang dengan berpatokan pada PBV yang murah, seharusnya menerapkan pola value investing seperti yang dilakukan oleh Maestro Investasi Indonesia Lo Keng Hong (LKH). “Jadi, ya masuk saja di saham-saham itu,” timpal dia.

Kalau mau mengoleksi, dengan mengalokasikan portofolionya di saham-saham infrastruktur, maka proporsinya, Irwan menyarankan 10% saja. “Sebab, saham-saham infrastruktur BUMN belum menunjukkan data yang riil-nya. Hanya prospek atau perkiraannya yang memang ada,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button