News

Kesaksian Korban Gempa Cianjur, Dobrak Jendela Demi Selamatkan Diri

Kesaksian korban gempa Cianjur kerap mengundak decak kagum, melihat mereka begitu bersusah payah menyelamatkan diri lantaran panik merasakan guncangan hebat akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo pada Senin (21/11/2022). Seperti yang dialami Apih Badri (62) warga Kampung Cisarua RT 1/RW 4, Desa Samrampad Cugenang, Kabupaten Cianjur.

Dalam kesaksian soal gempa Cianjur, Apih bercerita upayanya menyelamatkan diri saat gempa terjadi. Ketika guncangan itu menggoyang rumahnya, ia sedang terbaring di kamar karena sedang sakit. Dia pun terbangun dari istirahat siangnya dalam keadaan panik.

Tanpa pikir panjang, Apih langsung berlari lalu lompat mendobrak jendela hingga terlempar ke halaman rumah dengan pecahan kaca yang menyebar kemana-mana. “Lagi sakit tidur di kamar itu. Terus terasa gempa gede banget. Panik terus saya menabrakkan diri ke jendela sampe pecah kacanya, saya jatuh terguling,” katanya kepada Inilah.com, Kamis (24/11/2022).

Selintas dalam benaknya, guncangan itu seperti kiamat. Apalagi, saat di depan rumah dia menyaksikan bangunan pondok pesantren Al Mubarok roboh dan ambruk yang hanya berselang sekitar 5 detik. “Apa ini, apa ini, seperti kiamat,” ucapnya menirukan kembali apa yang terlintas di benaknya saat gempa terjadi.

Setalah guncangan mereda, ia pun kebingungan dan berjalan tak tentu arah dan tersandung alas tanah yang telah terbelah imbas gempa berkekuatan besar. “Ini tanah belah, soalnya gempa itu dari bawah ke atas kaya ada tekanan gitu. Nah saya jatuh di sela-sela tanah,” ujarnya.

Kemudian, ia berteriak mencari istri dan anaknya yang kemudian keluar dari pintu samping dan berkumpul di halaman rumahnya yang berkisar seluas 5×5 meter. Dengan raut wajah sedih menahan tumpahnya air mata, ia mengaku trauma dan enggan masuk ke rumah.

Bahkan, ia meminta pertolongan tim penanggulangan bencana untuk sekadar mengambilkan beras dan kasur yang berada di dalam rumah. Pengakuan Apih, dirinya bersama warga Kampung Cisarua masih lainnya memilih bertahan di sekitar rumah dan bersiaga bila terjadi gempa susulan yang kerap masih terasa.

Meski sudah mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan, Apih bersama warga lainnya masih bersyukur karena banyaknya aliran bantuan kepada kampungnya yang dapat menyambung hidup dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. “Alhamdulillah dari mana aja ada ke sini. Jakarta, dari sesama Jawa Barat. Ada juga dari Banten, alhamdulillah cukup buat warga di Kampung ini,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button