Khasan Magomedsharipov: Pewaris Takhta Dagestan yang Belum Puas Bertarung di “Kandang”


Melalui terkaman langsung, ia membuat Hudson terjerembab dengan punggung menghantam batas “cage”. Sambil nangkring menunggangi tubuh Hudson yang telentang, dua-tiga hantaman siku Khasan menghajar muka Hudson, membuat wajah itu merah basah. Hanya mampu berguling dan telungkup menutupi area muka, selanjutnya kepala Hudsan seolah sansak hidup bagi Khasan. Seiring meledaknya arena oleh teriakan penonton, wasit tak bisa lain kecuali menghentikan pertarungan, 21 detik sebelum ronde pertama berakhir. “That’s it! Khasan Magomedsharipov with another flawless victory!” teriak komentator.

 

Di bawah sorot lampu arena, tubuh liat Khasan Magomedsharipov  mengkilat karena keringat. Sorot matanya yang setajam elang membuatnya bagaikan pemangsa yang tengah lapar. Pada laga Bellator Champion Series 291 yang digelar di  Dublin, Irlandia, 25 Februari 2023, itu ia harus menghadapi striker berbakat asal Portugal, Rafael Hudson. Bukan lawan enteng, karena Hudson yang berjuluk “Apocalipse” itu dikenal memiliki pukulan mematikan.

Sejak awal   pun pertarungan itu memiliki tensi tinggi. Khasan dengan lincah menghindari setiap serangan dengan gerakan kepala cepat dan presisi langkah yang nyaris sempurna. Itu membuatnya tak perlu tambahan ronde untuk menghabisi “mangsanya”. Melalui terkaman langsung, ia membuat Hudson terjerembab dengan punggung menghantam batas “cage”. Sambil nangkring menunggangi tubuh Hudson yang telentang, dua-tiga hantaman siku Khasan menghajar muka Hudson, membuat wajah itu merah basah. Hanya mampu berguling dan telungkup menutupi area muka, selanjutnya kepala Hudsan seolah sansak hidup bagi Khasan. Seiring meledaknya arena oleh teriakan penonton, wasit tak bisa lain kecuali menghentikan pertarungan, 21 detik sebelum ronde pertama berakhir. “That’s it! Khasan Magomedsharipov with another flawless victory!” teriak komentator.

Kemenangan spektakuler itu hanya bagian kecil dari sekian  kemenangan Khasan yang kini mengantongi rekor 10-0 tersebut. Untuk duduk di singgasana Bellator, Khasan masih harus bertarung dan bertarung. Pada 25 Januari 2025 mendatang di Coca-Cola Arena, misalnya. Khasan dijadwalkan menghadapi Nathan Kelly di Bellator Champion Series di Dubai, UEA. Kelly adalah lawan tangguh dengan catatan kemenangan beruntun. Namun Khasan memiliki misi besar: mempertahan-kan rekor tak terkalahkan, dan membuktikan bahwa ia adalah pewaris sejati darah Dagestan.

Khasan dan warisan citra Zabit Magomedsharipov

Khasan Magomedsharipov lahir pada 22 Agustus 2000 di Khasavyurt, Dagestan, Rusia. Wilayah ini dikenal sebagai tanah kelahiran para petarung, mulai dari Khabib Nurmagomedov hingga Islam Makhachev. Namun, Khasan memiliki beban tambahan: ia adalah adik kandung Zabit Magomedsharipov, mantan bintang UFC yang nyaris menjadi juara dunia sebelum cedera memaksanya mundur dari panggung MMA.

“Zabit adalah inspirasi saya. Dia menunjukkan kepada saya apa artinya bekerja keras, tetapi juga bagaimana hidup bisa berubah dalam sekejap,” ujar Khasan dalam wawancara dengan MMA Fighting pada 2023.

Meski sering dibandingkan, Khasan dan Zabit memiliki keunikan masing-masing. Zabit dikenal dengan teknik striking kreatif dan grappling yang luar biasa, sementara Khasan tampil lebih agresif dengan gaya menyerang yang lebih eksplosif. Namun, keduanya memiliki persamaan: spinning techniques dan ground control yang tak terbendung.

Sejak kecil Khasan sudah akrab dengan gulat, seni bela diri yang mendarah daging di Dagestan. Ayahnya, seorang pelatih gulat lokal, memperkenalkannya pada dunia pertarungan sejak usia lima tahun. Masa kecil Khasan penuh dengan latihan keras di gym kecil di Khasavyurt, tempat ia sering bertarung dengan anak-anak yang lebih tua.

“Di Dagestan, anak-anak dilatih untuk menjadi kuat secara fisik dan mental sejak dini. Kegagalan bukanlah pilihan,” ujar Magomed Arslanbekov, salah satu pelatih lamanya.

Pada usia 15 tahun, Khasan mulai menekuni MMA setelah melihat Zabit bersinar di panggung internasional. Ia bergabung dengan klub lokal dan mulai berlaga di kompetisi regional. Rekor tak terkalahkannya segera menarik perhatian promotor besar. Pada 2019, Khasan memulai debut profesionalnya di liga Eagle Fighting Championship (EFC), liga yang didirikan Khabib Nurmagomedov. Dalam waktu singkat, ia mencatat delapan kemenangan beruntun dengan dominasi yang luar biasa.

Seperti banyak petarung dari Dagestan, Khasan memiliki akar kuat di seni gulat. Namun, tidak semua petarung Dagestan bergabung di Akademi American Kickboxing (AKA) seperti Khabib dan Islam Makhachev. Beberapa, seperti Khasan, memilih berlatih di klub lokal di Dagestan dan berkolaborasi dengan pelatih Rusia lainnya.

“Banyak orang berpikir semua petarung Dagestan berlatih bersama Khabib, tetapi kenyataannya tidak demikian. Ada banyak klub hebat di sini, dan setiap petarung memilih jalan mereka sendiri,” kata Khasan dalam wawancara dengan RT Sports.

Meski begitu, hubungan Khasan dengan Khabib sangat erat. Khabib pernah memuji Khasan sebagai salah satu petarung muda paling menjanjikan dari Dagestan. “Dia punya bakat, juga disiplin. Itu yang membuatnya istimewa,” ujar Khabib dalam sesi UFC Countdown.

Peluang melawan Nathan Kelly

Pertarungan mendatang melawan Nathan Kelly di UEA nanti menjadi ujian besar bagi Khasan. Kelly dikenal sebagai striker cepat dengan pertahanan takedown yang solid. Namun, keunggulan Khasan terletak pada kemampuannya menggabungkan striking eksplosif dan gulat yang mendominasi.

Menurut analis MMA dari ESPN, Brett Okamoto, peluang Khasan memenangkan pertarungan ini cukup besar jika ia berhasil membawa laga ke bawah dan memaksakan teknik submission. “Nathan Kelly memiliki kecepatan, tapi Khasan lebih lengkap. Ini bisa menjadi kemenangan submission di ronde kedua,” ujar Okamoto dalam analisis prapertarungan.

Di luar oktagon, Khasan adalah pribadi sederhana. Ia sering pulang ke Dagestan untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya dan mendaki gunung sebagai bagian dari latihan mentalnya. Seperti kebanyakan petarung Dagestan, ia juga dikenal taat beragama.

Salah satu cerita menarik tentang Khasan adalah kebiasaannya membawa buku catatan kecil ke setiap pertandingan. Dalam buku itu, ia menuliskan strategi dan motivasi untuk setiap laga. “Menulis membantu saya fokus. Saya memikirkan setiap detail sebelum masuk arena,” katanya.

Khasan Magomedsharipov saat ini memegang rekor 10 kemenangan tanpa kalah di MMA profesional. Meski belum resmi bergabung dengan UFC—ia bermain di Bellator Champion Series–para pengamat percaya bahwa ia adalah calon bintang besar di divisi bulu. Dengan usianya yang masih 23 tahun, masa depan Khasan sangat cerah.

“Saya ingin melanjutkan apa yang Zabit mulai. Dia hampir meraih gelar juara, dan saya akan menyelesaikan mimpinya,” ujar Khasan dalam sesi wawancara dengan MMA Junkie.

Jika Khasan berhasil mengalahkan Nathan Kelly pada 25 Januari mendatang, ia bukan hanya akan mempertahankan rekor sempurnanya, tetapi juga mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pewaris tahta Dagestan di MMA.

Apapun, Khasan Magomedsharipov bukan sekadar adik Zabit. Ia adalah simbol generasi baru petarung Dagestan yang siap mendominasi dunia MMA. Dengan kombinasi bakat, kerja keras, dan filosofi hidup yang kuat, Khasan tampaknya ditakdirkan untuk menorehkan namanya di sejarah MMA.