News

Berpeluang Nyapres, Puan Kerap Dimarginalkan di Ruang Publik

Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai ada upaya untuk memarginalkan politikus PDIP Puan Maharani di ruang publik. Upaya ini dilakukan dengan mencitrakan Puan tak bisa berbuat apa-apa sehingga tidak layak maju sebagai calon presiden (capres).

“Seperti Puan seolah tak produktif, dalam teori konstruksi komunikasi dibuat marginal,” kata Emrus dalam diskusi daring Political and Public Policy Studies (P3S), Jumat (20/1/2023).

Mungkin anda suka

Ia menjelaskan, citra Puan di mata publik seolah seperti perempuan yang tak memiliki kemampuan dalam segala aspek, termasuk, dalam kepemimpinan. Sebab, Puan selalu diperlihatkan sebagai sosok yang lemah dan tak layak sebagai seorang pemimpin.

“Melalui konstruksi sedemikian rupa. Ada semacam ekspresi cemberut bagi-bagi apalah itu ke masyarakat, tak pernah ada senyum. Tapi yang tertawa dengan masyarakat tak diperlihatkan. Itulah framing turunan dari social construction theory. Jujur, semua manusia, termasuk Puan ada kelebihan dan kelemahan. Tapi kalau Puan seolah ditonjolkan kelemahan terus menerus,” jelasnya.

Sementara, Emrus memandang putri dari Megawati Soekarnoputri itu merupakan politikus mumpuni dalam perjalanan politik. Sebab, Puan berkarier secara berjenjang hingga kini didapuk sebagai Ketua DPR RI.

“Puan hebat? Ya sama seperti yang lain. Puan saat dia Ketua Fraksi DPR RI. Semasa SBY presiden dua periode, dia mampu membuat PDIP memenangkan periode berikutnya. Memimpin PDIP memenangkan dan dinilai masyarakat, apalagi saat memimpin kementerian sebagai Menko, tak ada masalah,” ungkap dia.

“Terus saat Puan jadi Ketua DPR, produk DPR berpihak pada perempuan. Banyak kepentingan politik, tapi dia bisa memimpin parlemen,” sambung Emrus.

Punya Bekal

Ia menerangkan, dari tinjauan latar belakang pendidikan, Puan juga mumpuni karena merupakan jebolan Universitas Indonesia. Atas dasar itu, Emrus berani memastikan Puan mampu untuk melenggang dan mengantongi tiket menuju arena Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Terlebih, sejumlah pengalaman berkarier dalam dunia politik dapat menjadi bekal dalam memimpin Indonesia.

Ia mencontohkan, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi memiliki kelemahan dan kekurangan dalam memimpin Indonesia. Namun, masyarakat memberikan ruang kesempatan agar SBY dan Jokowi mengkreasikan kepemimpinan saat menjabat presiden.

“Siapa menduga SBY jadi presiden? Jokowi juga, siapa sangka mampu memimpin?,” imbuh Emrus.

Untuk itu, Emrus menyayangkan pemimpin perempuan terlalu didiskreditkan di ruang publik, seperti halnya Puan Maharani. Hasilnya, Puan terbentur realitas sosial yang sengaja memarginalkan dirinya dari ruang publik.

“Pemimpin jangan dipermasalahkan dari jenis kelamin, capres bagaimana? Ya Puan Maharani itu bukan hanya layak, tapi pas jadi calon presiden kita, Puan Maharani,” kata Emrus menambahkan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button