Kanal

Kisah Kakek Tua, Pepaya dan Pencuri: Kebaikan yang Menyadarkan Kejahatan

Selasa, 01 Nov 2022 – 02:15 WIB

Di sebuah dusun bernama Desa Saguling, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ada seorang kakek tua yang tinggal di sebuah gubuk terbuat dari bilik bambu dan papan.

Ia sangat rajin bercocok tanam di halaman rumahnya. Si kakek merawat pohon-pohon yang ditanamnya. Ia memiliki pohon pepaya dengan keadaan sedang berbuah matang.

Pohon pepaya tersebut dirawatnya dari kecil hingga bertumbuh besar dan menghasilkan. Tetapi buah dari pohon pepaya kakek itu sangat sedikit. Posisi pohon di dekat pagar yang bersebelahan dengan jalan setapak di perkampungan.

Keesokan harinya sang kakek pemilik pohon berniat untuk memetik buah pepaya yang selama ini dirawatnya. Namun tidak disangka ketika akan dipetik, ternyata buah pepayanya sudah hilang beberapa diantaranya. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Sang kakek kembali ke dalam rumah dan terlihat murung.

Sang istri yang melihat keadaan suaminya merasa heran hanya karena buah pepaya yang tak seberapa harganya bisa sekecewa dan semurung itu. Namun yang dipikirkan oleh kakek ternyata berbeda dengan yang dipikirkan oleh sang istri.

Dia merasa begitu kasihan terhadap seorang pencuri harus menunggu sampai tengah malam sekaligus penuh usaha hanya untuk mendapatkan beberapa buah pepaya. Keesokan harinya kakek itu berinisiatif untuk membantu sang pencuri dengan meletakkan sebuah tangga di pohon pepayanya.

Namun siapa sangka ketika keesokan harinya, buah pepaya yang ada di pohon masih utuh jumlahnya. Sang kakek mulai bersabar dan mencoba menunggu keesokan harinya. Akan tetapi kejadian yang sama masih kakek alami, di mana buah pepaya masih utuh meskipun sudah diletakkannya sebuah tangga di dekatnya.

Keesokan harinya kakek kedatangan tamu seorang pemuda yang belum pernah ia temui sebelumnya. Pemuda tersebut membawa beberapa pepaya matang. Dia memberikan pepaya tersebut kepada kakek dan meminta maaf.

Pemuda itu juga mengungkapkan jika dirinyalah yang mencuri pepaya milik kakek tadi. Sebenarnya pemuda tersebut masih berniat untuk mencuri pepaya. Namun karena adanya sebuah tangga tadi, hati pemuda itu tergerak dan sadar jika pemilik pepaya begitu sabar sekaligus baik hati. Sejak saat itu pemuda tersebut sudah memiliki tekad untuk berubah dan tidak mencuri lagi.

Pesan moral yang diberikan oleh kisah tersebut adalah sebuah kebaikan meski sekecil apa pun itu, ternyata bisa memberikan dampak positif terhadap kebaikan orang lain. Mungkin orang lain memiliki rasa jahat terhadap kita.

Namun bisa jadi akibat kebaikan yang selama ini kita tabur di mana pun tempatnya akan memberikan buah manis di kemudian hari seperti mengubah niat jahat seseorang menjadi lebih baik lagi.

Apapun bentuknya, kebaikan pasti akan memberikan hasil yang berdampak positif kepada kita. Meski mungkin kita tak merasakannya. Bisa jadi yang akan menuai adalah anak cucu kita kelak. Jadi, jangan pernah bosan untuk berbuat baik kepada sesama.

Allah SWT berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra [17]: 7)

Rasulullah Saw dalam sabdanya menyebutkan, “Kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat jiwamu tenang dan hatimu tenteram, sedangkan kejahatan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan hati dan menyesakkan dada.” (HR. Ahmad dan Al-Darimi).

Dari hadis tersebut dapat diambil pelajaran bahwa setiap bentuk kebaikan senantiasa akan menenangkan jiwa serta menenteramkan hati. Sedangkan kejahatan selalu menghadirkan rasa gelisah dan kecemasan dalam hati.

Kebaikan si kakek telah menggerakkan hati dan pikiran pemuda pencuri tadi kemudian menyadarkannya. Ini sekaligus juga membuktikan tentang kebenaran ayat dan hadis Nabi di atas. [berbagai sumber]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button