Kisah Sukses Zhafran Batik: Dari Toko Kecil ke Panggung Besar Sarinah


Fatkhurozi, seorang pengusaha batik asal Pekalongan, Jawa Tengah, tidak pernah membayangkan hasil karyanya bisa dinikmati oleh masyarakat luas dan dipajang di salah satu gerai retail terkenal, Sarinah.

Kerja keras dan dedikasi Fatkhurozi berbuah manis. Ia memulai bisnisnya dengan menitipkan produk batiknya di toko teman di Thamrin City, Jakarta. Kini, bisnis yang ditekuninya telah mencapai omset ratusan juta rupiah.

“Saya dulu PNS di Kementerian Perhubungan. Alhamdulillah, dari sedikit demi sedikit uang yang saya kumpulkan, saya merintis usaha batik, baik tulis maupun cap. Pertama, saya titip jual ke teman yang punya toko di Thamrin City, kemudian juga ke penjahit-penjahit seperti Laksmi Taylor. Jadi, dulu kami merintis dari titip jual atau konsinyasi,” cerita Fatkhurozi kepada Inilah.com, Sabtu (6/7/2024).

Namun, perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Toko temannya sempat tutup, sementara stok batik hasil kerajinan orang tuanya di Pekalongan terus bertambah.

Untuk mengatasi masalah ini, Fatkhurozi memutuskan menyewa toko di Thamrin City dan mengikuti berbagai pameran batik. 

Awalnya, ia hanya meraih omzet sekitar Rp16-21 juta per bulan, yang tidak cukup untuk menutupi biaya sewa toko dan gaji satu karyawan.

Perlahan namun pasti, usahanya mulai berkembang. Beberapa tahun kemudian, toko batik pertamanya semakin ramai. Keberhasilan ini mendorong Fatkhurozi membuka dua toko tambahan di sekitar Thamrin City.

“Setelah menyewa toko pertama di Thamrin City pada tahun 2016, yang tempatnya kecil dan tidak strategis, saya menyewa lagi toko yang lebih baik. Sampai sekarang, alhamdulillah saya punya tiga toko di Thamrin City,” ujar Fatkhurozi.

Usaha batik yang diberi nama Zhafran, terinspirasi dari nama anak pertamanya, Fakhrie Zhafran Khairy Rozi, semakin laku di pasaran dan menarik perhatian pejabat. Tidak puas dengan kesuksesan di Thamrin City, Fatkhurozi membawa koleksi batiknya ke Sarinah.

Setelah melalui proses kurasi yang ketat, Zhafran Batik dinyatakan lolos dan dipajang di gerai Sarinah Outlet Airport, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

“Alhamdulillah, produk batik tulis yang biasa kami jual Rp2 jutaan, diretailkan di Sarinah dengan harga di atas Rp6 juta. Venue di sana adalah mall, berbeda dengan Thamrin City yang brandingnya setara pasar,” ujar Fatkhurozi.

Zhafran Batik memiliki tiga metode produksi kain yang ditawarkan: Batik Tulis, Batik Cap, dan Kombinasi Tulis-Cap. Metode ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap pelanggan, dan semua proses pembuatan dilakukan oleh pembatik profesional di workshop mereka di Desa Warulor, Pekalongan, Jawa Tengah.

Sebagai pengrajin batik, Zhafran Batik sangat menjunjung tinggi kualitas bahan baku kain dalam setiap karyanya. Mereka memastikan hanya kain terbaik yang digunakan untuk produksi.