Hangout

Kolera Alias Muntaber Mulai Mewabah, Cermati Gejalanya!

Bertambah lagi wabah yang mengancam dunia yakni kolera. Penyakit kolera wajib menjadi perhatian mengingat penyebarannya sangat cepat. Bagaimana gejala dan pencegahan penyakit yang di Indonesia dikenal dengan nama muntah berak (muntaber) ini?

Kolera telah menyebar ke 22 dari 28 distrik di Malawi hingga membunuh 110 orang serta menulari 3.891 orang lainnya sejak kasus pertama dilaporkan pada Maret 2022, kata menteri kesehatan negara itu, Selasa (4/10/2022). Kasus pertama infeksi itu, menyebar terutama melalui makanan dan air yang tercemar, pada Maret dilaporkan muncul di distrik Machinga, Malawi bagian selatan.

Menteri Kesehatan Khumbize Chiponda mengatakan sebagian besar orang yang meninggal karena wabah itu adalah mereka yang terinfeksi namun tidak segera mendapat perawatan di fasilitas kesehatan.

“Faktor-faktor utama terkait wabah kolera di kalangan masyarakat adalah makanan yang kurang bersih, kurangnya ketersediaan air bersih, serta masalah ketersediaan jamban dan penggunaannya (buang air besar sembarangan),” kata Chiponda.

Sebelumnya Universitas Wuhan di China melaporkan temuan kasus kolera pada Juli lalu. Temuan ini mendorong pihak berwenang untuk melacak kontak di sekitar universitas. Kebijakan ini harus diambil guna membendung potensi penyebaran lebih lanjut.

Universitas Wuhan mengatakan dalam sebuah pernyataan telah mengkarantina tiga orang yang kontak dekat dengan pasien dan menguji sekitar 250 orang selama akhir pekan. China mengklasifikasikan kolera sebagai penyakit ‘Kelas A’, sebutan untuk penyakit menular dengan kategori terkuat dan hanya dimiliki oleh wabah pes.

Jumlah kasus kolera yang dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Selama 2020 terdapat 857 kematian dilaporkan dari 24 negara. Lebih banyak lagi kasus yang tidak dilaporkan dari penyebaran penyakit ini.

Di Indonesia, penyakit ini dikenal dengan sebutan muntaber ini. Mengutip situs Kementerian Kesehatan RI, gejala utama kolera adalah intensitas buang air besar yang meningkat yang cair dan encer atau diare yang disertai dengan muntah. Gejala ini muncul sekitar 8 hingga 72 jam pasca inkubasi atau penularan dari sumbernya.

Terkontaminasi Bakteri

Menurut WHO, kolera adalah infeksi diare akut yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Kolera tetap menjadi ancaman global bagi kesehatan masyarakat dan menjadi indikator ketidakadilan serta kurang berhasilnya pembangunan sosial.

Kolera termasuk penyakit yang sangat ganas yang dapat menyebabkan diare berair akut yang parah. Dibutuhkan antara 12 jam dan 5 hari bagi seseorang untuk menunjukkan gejala setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Kolera mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa dan dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati.

Kebanyakan orang yang terinfeksi V. cholerae tidak menunjukkan gejala apapun, meskipun bakteri tersebut ada dalam kotoran mereka selama 1-10 hari setelah infeksi. Parahnya lagi ketika kotoran itu dilepaskan kembali ke lingkungan, berpotensi menginfeksi orang lain.

Di antara orang yang mengalami gejala, sebagian besar memiliki gejala ringan atau sedang, sementara sebagian kecil mengalami diare cair akut dengan dehidrasi berat. Hal ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.

Selama abad ke-19, kolera menyebar ke seluruh dunia dari reservoir aslinya di delta Gangga di India. Selama enam kali pandemi penyakit ini membunuh jutaan orang di semua benua. Pada pandemi ketujuh, dimulai di Asia Selatan pada tahun 1961, mencapai Afrika pada tahun 1971 dan Amerika pada tahun 1991. Kolera sekarang mewabah di banyak negara.

Penularan kolera terkait erat dengan akses yang tidak memadai terhadap fasilitas air bersih dan sanitasi. Daerah berisiko yang umum termasuk daerah kumuh pinggiran kota, dan kamp-kamp untuk pengungsi internal, di mana persyaratan minimum air bersih dan sanitasi tidak terpenuhi.

Konsekuensi dari krisis kemanusiaan, seperti gangguan sistem air dan sanitasi, atau perpindahan penduduk ke kamp yang tidak memadai dan penuh sesak, dapat meningkatkan risiko penularan kolera, jika ada bakteri yang masuk.

Penyakit ini sempat mewabah di Mariupol, kawasan di Ukraina yang menjadi sasaran invasi Rusia. Akibat serangan pasukan Rusia, sistem sanitasi di daerah itu rusak dan mayat membusuk di jalan-jalan.

“Ada wabah disentri dan kolera… Perang telah menelan korban 20.000 penduduk… sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan jiwa lagi di Mariupol,” kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, Juli lalu.

Gejala Kolera

Mengutip MayoClinic, kebanyakan orang yang terpapar bakteri kolera tidak menjadi sakit dan tidak tahu bahwa mereka telah terinfeksi. Tetapi karena mereka mengeluarkan bakteri kolera dalam tinja mereka selama 7 hingga 14 hari, mereka masih dapat menginfeksi orang lain melalui air yang terkontaminasi.

Sebagian besar kasus kolera yang menimbulkan gejala menyebabkan diare ringan atau sedang yang seringkali sulit dibedakan dari diare yang disebabkan oleh masalah lain. Yang lain mengembangkan tanda dan gejala kolera yang lebih serius, biasanya dalam beberapa hari setelah infeksi.

Gejala infeksi kolera dapat meliputi diare yang datang tiba-tiba dan dapat dengan cepat menyebabkan kehilangan cairan. Ini bisa berbahaya karena bisa kehilangan cairan sebanyak sekitar 1 liter per jam. Cairan diare akibat kolera sering kali tampak pucat seperti susu yang menyerupai air bekas cucian beras.

Gejala lainnya adalah mual dan muntah. Muntah terjadi terutama pada tahap awal kolera dan dapat berlangsung selama berjam-jam. Akibat dari bakteri ini adalah dehidrasi yang dapat berkembang dalam beberapa jam setelah gejala kolera mulai dan berkisar dari ringan hingga parah. Kehilangan 10 persen atau lebih dari berat badan menunjukkan dehidrasi berat.

Tanda dan gejala dehidrasi kolera termasuk lekas marah, kelelahan, mata cekung, mulut kering, sangat haus, kulit kering dan keriput yang lambat untuk bangkit kembali ketika terjepit, sedikit atau tidak ada buang air kecil, tekanan darah rendah, dan detak jantung tidak teratur.

Dehidrasi dapat menyebabkan hilangnya mineral dengan cepat dalam darah yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Ini disebut ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan tanda dan gejala serius seperti kram otot sebagai akibat dari hilangnya secara cepat unsur garam seperti natrium, klorida dan kalium.

Akibat lainnya dari komplikasi dehidrasi serius adalah mengalami syok. Ini terjadi ketika volume darah rendah menyebabkan penurunan tekanan darah dan penurunan jumlah oksigen dalam tubuh Anda. Jika tidak diobati, syok hipovolemik parah dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit.

Pada laman Kementerian Kesehatan RI disebutkan, jika tidak segera ditangani akan berakibat fatal. Maka, jika sudah alami gejala penyakit kolera, pasien hendaknya segera mendatangi fasilitas kesehatan agar bisa mendapatkan penanganan berupa pemberian cairan. Tujuannya untuk mencegah kekurangan cairan.

Karena kolera ditularkan dari air yang terkontaminasi bakteri vibrio cholerae, penggunaan air yang bersih dan desinfektan adalah solusi terbaiknya. Selain itu dianjurkan juga untuk meminum air yang sudah dimasak ataupun air kemasan.

Termasuk, air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, mandi, mencuci alat makan ataupun bergosok gigi. Anda juga sebaiknya mengonsumsi makanan yang matang dengan sempurna, membersihkan kamar mandi serta mendisinfeksi tempat yang terinfeksi bakteri, seperti terkena muntahan penderita penyakit kolera.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button