Shin Tae-yong (STY) menghadapi tekanan berat di tahun kelima kariernya sebagai pelatih tim nasional Indonesia. Di tengah target besar membawa Garuda lolos ke Piala Dunia 2026, keretakan komunikasi dan persoalan ego di tim menjadi sorotan yang mengancam soliditas skuad.
Sejak tiba di Indonesia pada Desember 2019, Shin belum menguasai bahasa Indonesia, meskipun kontrak terbarunya memuat kewajiban untuk mempelajari bahasa tersebut.
Shin sendiri sempat mengakui melihat komunikasi menjadi salah satu kendala serius dan menjadi tantangan besarnya sebagai pelatih.
Bagaimana tidak, pemain lokal katanya, kerap merasa tidak enakan menegur atau ditegur pemain lain jika melakukan kesalahan di lapangan.
“Memang masalah terbesar adalah komunikasi karena memang orang Indonesia sangat baik jadi tidak bisa memberi teguran ke pemain,” kata Shin di Jakarta, Senin (20/05/2024).
Sejauh ini, komunikasi teknis Shin dengan pemain masih bergantung pada penerjemah Jeong Seok-seo (bahasa Indonesia) dan Shin Sang-gyu (bahasa Inggris). Situasi ini menciptakan jarak emosional dan kesulitan komunikasi dua arah dengan para pemain, termasuk mereka yang berasal dari sistem pembinaan Eropa.
Menurut sumber dari lingkaran PSSI, kekalahan melawan Bahrain pada laga sebelumnya memicu keretakan hubungan antara Shin dan beberapa pemain. Beberapa pemain yang mempertanyakan strategi Shin pasca-laga dilaporkan menerima “hukuman” dalam bentuk tidak dimainkan saat melawan China dan Jepang.
Masalah Ego atau Taktik?
Keputusan Shin untuk tidak memainkan pemain seperti Thom Haye dan Eliano Reijnders di laga krusial melawan China dan Jepang menimbulkan tanda tanya besar. Padahal, Shin sendiri yang memberi rekomendasi naturalisasi Eliano dalam waktu kilat bersama Mees Hilgers. Langkah ini memakan biaya dan waktu besar dari PSSI, tetapi akhirnya sia-sia karena Eliano justru dua kali tidak masuk daftar pemain.
“Shin ingin menegaskan kekuasaannya di ruang ganti,” ungkap sumber anonim dari PSSI kepada inilah.com.
Gol-gol yang diderita Indonesia melawan Bahrain, China, dan Jepang mencerminkan buruknya komunikasi di lini pertahanan. Blunder Jay Idzes, Maarten Paes, dan Justin Hubner menjadi cermin lemahnya organisasi tim. Kekurangan ini tidak hanya menjadi masalah teknis, tetapi juga dampak dari minimnya komunikasi efektif antara pelatih dan pemain.
Indonesia kini berada di dasar klasemen Grup C dengan hanya tiga poin dari lima laga. Melawan Arab Saudi di Stadion Gelora Bung Karno pada Selasa (19/11/2024), kemenangan menjadi keharusan untuk menjaga peluang lolos ke putaran berikutnya.
Arab Saudi, di bawah pelatih Herve Renard, juga tidak dalam kondisi optimal. Skuad yang tengah mencari konsistensi ini bisa menjadi celah bagi Shin untuk membuktikan dirinya. Namun, Shin harus mengesampingkan ego dan fokus membangun kembali kepercayaan pemain.
Jika Shin gagal meraih kemenangan, tekanan untuk mundur dari jabatan pelatih timnas Indonesia akan semakin besar. Namun, jika ia berhasil, pertandingan melawan Arab Saudi dapat menjadi titik balik menuju kebangkitan Garuda.
Shin dan timnas Indonesia harus memahami pentingnya bersatu demi tujuan bersama. Sebagaimana semboyan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” Garuda harus bangkit sebagai satu kesatuan untuk menjaga asa menuju Piala Dunia 2026.