Konflik Nikita dan Lolly, Psikolog Ungkap 4 Faktor Renggangnya Hubungan Ibu dan Anak


Konflik antara Nikita Mirzani dan anaknya, Lolly yang belakangan ini viral di sosial media menjadi perbincangan publik.

Bahkan, video-video Lolly marah-marah dan mengumpat Nikita hingga penjemputannya dari apartement yang dihuni muncul sebagai FYP (For You Page) atau menjadi halaman pertama saat masyarakat membuka aplikasi sosial media.

Netizen pun terlihat ikut hanyut dalam cerita yang tersaji dari konfik keluarga artis tersebut.

Irma Gustiana A sebagai psikolog klinik anak, remaja dan keluarga menjaskan dalam hal ini dirinya tidak bermaksud untuk menyudutkan siapapun. 

Namun dengan gamblang dia menjelaskan ada faktor yang dapat menyebabkan sebuah hubungan bisa timbul konflik hingga kerenggangan antara ibu dan anak. 

“Karena kita tidak pernah tahu sebetulnya, masalahnya seperti apa sih yang terjadi di antara mereka. Kita hanya tahu apa yang kita tahu saja. Sebagai netizen gitu ya yang memperhatikan konflik ini,” kata Irma seperti inilah.com kutip dari akun Instagram pribadinya @ayankirma, Jakarta, Sabtu (21/09/2024).

Berikut adalah Faktor yang Dapat Memengaruhi Hubungan Ibu dan Anak Remaja Renggang: 

Anak Remaja Masih Cari Identitas Diri

Hal yang pertama harus diketahui adalah saat usia remaja, seseorang masih dalam tahap proses pencarian identitas diri.

“Pada saat dia mencari identitas dirinya ini sering terjadi konflik ya, terutama dengan figur otoritas yaitu orang tua, dalam hal ini adalah ibu,” kata Irma.

Anak Remaja Ingin Diakui dan Bebas

Anak remaja biasanya ingin mengekspresikan diri, ingin diakui, dan ingin bebas.

“Tetapi di sisi lain yang namanya seorang ibu itu kan pasti memiliki rasa ingin melindungi, overprotect, khawatir terhadap perkembangan si anak remaja ini. Terutama dari segi pergaulan. Nah ini pasti akan terjadi ketegangan,” paparnya.

Keterikatan Ibu dan Anak

Selain itu, Irma menjelaskan jika melihat dari sisi keterikatan antara ibu dan anak mungkin hubungannya selama ini tidak aman sedari kecil.

“Sehingga pada saat dia remaja maka akan muncul defensif. Kemudian playing victim ya melakukan pemberontakan. Kemudian juga mungkin jadi tantrum yang berlebihan,” paparnya.

Kebutuhan validasinya juga sangat luar biasa saat usia remaja.

“Nah ini menjadi konflik yang sangat luar biasa antara figur otoritas yaitu orang tua dalam hal ini ibu dan juga si anak,” katanya.

Beda Pandangan Ibu dan Anak

Dia menambahkan, hal ini bisa jadi juga terdapat konflik antar generasi saat si anak remaja merasa bahwa orangtuanya tuh kolot, jadul, dan tradisional.

Berbeda pandangannya dengan anak remaja yang sekarang di era modern. Sehingga ini akan menciptakan jurang emosional antara orang tua dan anak.

“Apalagi kalau dari awal komunikasinya itu tidak hangat ya, tidak terbuka tidak sama-sama saling mau mendengarkan jadi mari kita doakan semoga konflik ini segera berlalu ya teman-teman,” paparnya.