Market

Konsumsi Fesyen Muslim RI Nomor 5 Dunia, Mendag Lutfi Ingin Maksimalkan

Industri pakaian muslim (fesyen) di tanah air harus bisa memanfaatkan peluang pasar di dalam negeri. Jangan sampai produk asing yang kuasai.

Sadar akan hal ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi sangat berharap, industri fesyen Muslim dalam negeri bisa berkembang pesat. Sehingga bisa menopang perekonomian nasional.
“Kita ingin capture kekuatan pasar domestik Indonesia, khususnya untuk pasar fesyen Muslim ini bisa kita jadikan untuk menjadi salah satu kekuatan pilar ekonomi kita ke depannya,” kata Mendag Lutfi dalam jumpa pers daring, Jakarta, Kamis (11/11/2021).

Mendag Lutfi bilang, berdasarkan data The State Global Islamic Ecomony Report 2020/2021, konsumsi fesyen Muslim Indonesia pada 2019, nilainya cukup fantastis. Yakni US$16 miliar, atau setara Rp224 triliun (kurs Rp14.000/US$).

Nilai ini menjadikan Indonesia duduk di lima besar negara-negara di dunia, setelah Iran (US$53 miliar), Turki (US$28 miliar), Saudi Arabia (US$21 miliar), dan Pakistan (US$20 miliar).

Menurut The State of Global Islamic Economic, pertumbuhan industri fesyen muslim di Indonesia adalah yang terbaik ke-2 di dunia. Dengan konsumsi US$21 miliar dan pertumbuhan rata-rata 18,2 persen per tahun.

Selain itu, nilai ekspor produk halal Indonesia baru mencapai US$6 miliar, atau peringkat ke-21 dunia. Sementara ekspor fesyen Muslim cukup mendominasi sebesar US$4,1 miliar. Atau peringkat 13 dunia.

Global Religious Futures menyebutkan Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar atau mencapai 13 persen dari populasi Muslim dunia.

Mendag Lutfi mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar baik menjadi pemain utama di negeri sendiri maupun secara skala internasional untuk sektor fesyen Muslim.

“Kekuatan pasar kita ini mestinya bisa menciptakan industri yang bagus dan ekspor (tinggi). Dalam lima tahun ke depan, seharusnya bisa didobelkan jumlah tersebut dan ekspor kita bisa meningkat. Ini merupakan parameter kekuatan pasar yang kita kerjakan bersama-sama,” kata dia.

“Pasarnya sudah besar, orang memakai fashion Muslim itu sudah menjadi yang utama di Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim terbesar, namun, mungkin belum terorganisir dengan baik. Semua sektor, aspek industri dan produksi ini dipadukan dengan demand side-nya juga,” imbuhnya.

Adapun Kemendag, menurut Lutfi, berperan untuk mengumpulkan konsumen (buyer) dan penyedia (supplier) yang mencakup desainer, fabrik, garmen, kosmetik, dan perhiasan, untuk memicu pergerakan rantai industri fesyen Muslim.

Selain itu, kementerian juga aktif menggandeng pelaku usaha, akademisi, desainer, untuk berkolaborasi bersama guna menciptakan kekuatan pasar fesyen Muslim Indonesia.

“Ini adalah combined effort untuk memajukan Indonesia. Kolaborasi ini bukan hanya dari desainer dan industri, tapi kami di Kemendag juga ingin menjadi agitator agar Indonesia dapat menjadi sentral fesyen Muslim, dan kita tidak bisa bekerja sendiri,” paparnya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button