Hukuman tiga bulan yang menimpa Jannik Sinner atas pelanggaran doping terus memicu perdebatan di dunia tenis. Banyak pihak yang menilai keputusan ini terlalu ringan, sementara yang lain berpendapat bahwa petenis nomor satu dunia tersebut justru menjadi korban dari sistem yang bermasalah.
Sinner dinyatakan positif clostebol dalam tes doping pada Maret tahun lalu. Namun, International Tennis Integrity Agency (ITIA) menerima penjelasannya bahwa zat tersebut masuk ke dalam tubuhnya tanpa sengaja, sehingga tidak langsung menjatuhkan hukuman. WADA sempat mengajukan banding untuk skorsing dua tahun, tetapi akhirnya mencapai kesepakatan yang membuat Sinner hanya absen tiga bulan, cukup untuk kembali tampil di Rome Masters sebelum Grand Slam Prancis Terbuka.
Keputusan ini mendapat respons keras dari beberapa petenis, termasuk Novak Djokovic, yang menilai prosesnya penuh ketidakkonsistenan dan favoritisme. Di sisi lain, Dani Vallverdu, mantan pelatih Andy Murray, menilai bahwa Sinner seharusnya mendapatkan dukungan, bukan kritik.
“Saya sedih melihat kurangnya solidaritas dari komunitas tenis terhadap Jannik,” tulis Vallverdu di akun X-nya. “Kita seharusnya fokus pada sistem dan aturan anti-doping, bukan menyalahkan pemain yang sudah terbukti tidak mendapatkan keuntungan performa dari insiden ini.”
Ross Wenzel, penasihat hukum WADA, juga membela keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa kasus ini “sangat jauh dari doping sengaja” dan tidak bisa dianggap sebagai mikrodosing untuk meningkatkan performa.
“Jika ada yang merasa hukuman ini terlalu berat dan ada yang menganggapnya terlalu ringan, itu mungkin tanda bahwa keputusan ini sudah berada di tempat yang tepat,” ujar Wenzel kepada BBC Sport.
Meskipun demikian, banyak yang mempertanyakan mengapa hukuman Sinner dijatuhkan dalam periode yang tidak mempengaruhi partisipasinya di Grand Slam. Hal ini dibandingkan dengan kasus Simona Halep, yang dihukum empat tahun sebelum akhirnya dikurangi menjadi sembilan bulan, serta petenis lain yang tidak memiliki akses ke pengacara top atau perlindungan sistem yang sama.
Sementara perdebatan terus berlanjut, Sinner dipastikan akan kembali ke lapangan pada awal Mei, tepat waktu untuk membela gelar di Grand Slam berikutnya. Namun, apakah reputasinya akan sepenuhnya pulih setelah insiden ini? Waktu yang akan menjawab.