Militer Korea Utara mengatakan akan memutuskan akses jalan raya dan kereta api ke Korea Selatan serta memperkuat area di sisi perbatasannya. Tindakan ini menandai peningkatan eskalasi dan Pyongyang menyebutnya sebagai respons terhadap latihan perang yang telah diadakan di Korea Selatan.
Tentara Korea Utara mengatakan Rabu (9/10/2024) bahwa mereka akan memotong sepenuhnya jalur jalan raya dan rel kereta api terhubung ke Korea Selatan dan “memperkuat area yang relevan di pihak kami dengan struktur pertahanan yang kuat”, menurut kantor berita resmi Korea Utara KCNA.
Langkah itu dipandang simbolis, mengingat perjalanan dan pertukaran lintas batas telah dihentikan selama bertahun-tahun. Militer mengatakan dalam pernyataannya disiarkan KCNA bahwa hal itu merupakan respons terhadap latihan perang yang telah diadakan di Korea Selatan serta kunjungan rutin aset strategis pertahanan Amerika Serikat ke wilayah tersebut.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah memberi tahu Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dipimpin AS, pasukan militer multinasional yang mengawasi urusan di Zona Demiliterisasi (DMZ), bahwa kedua negara secara teknis masih berperang.
Kedua belah pihak menandatangani gencatan senjata mengakhiri pertempuran dalam Perang Korea 1950-1953, tetapi bukan perjanjian damai. Korea Utara telah memasang ranjau darat dan penghalang serta menciptakan tanah terlantar di sepanjang perbatasan yang dijaga ketat oleh militer.
Langkah-langkah baru tersebut, yang menandai eskalasi konflik lebih lanjut antara kedua Korea, dijelaskan dalam pernyataan militer sebagai “tindakan membela diri untuk menghambat perang dan mempertahankan keamanan” Korea Utara.
Dikatakan bahwa “pasukan musuh menjadi semakin gegabah dalam histeria konfrontatif mereka”. Korut juga sekaligus mengirim pesan kepada militer AS untuk menjelaskan aktivitas bentengnya guna mencegah kesalahan penilaian dan potensi bentrokan yang tidak disengaja.
Ketegangan di Semenanjung Korea mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, setelah Pyongyang melakukan serangkaian uji coba senjata. Korea Utara menguji sistem artileri jarak jauh kemarin, KCNA melaporkan.
Pengumuman itu muncul saat Pyongyang tetap bungkam mengenai revisi konstitusi yang diharapkan akan membuat negara itu membatalkan tujuan reunifikasi damai dan secara resmi menunjuk Korea Selatan sebagai negara musuh.
Majelis Rakyat Tertinggi diperkirakan akan membuat perubahan konstitusional selama pertemuan dua hari minggu ini. Perubahan konstitusi ini mematuhi perintah dari pemimpin Korea Utara Kim Jong pada Januari, yang telah menimbulkan kekhawatiran bahwa perang habis-habisan dapat kembali terjadi di Semenanjung Korea.
Beberapa pakar mengatakan Korea Utara mungkin telah menunda revisi konstitusi, yang pada dasarnya akan membuang perjanjian penting antar-Korea yang ditandatangani pada 1991. Namun yang lain berspekulasi bahwa Korea Utara mengubah konstitusi tanpa mengumumkannya karena sensitivitasnya.