Korsel dan Yaman Digebuk, Garuda Muda Terbang ke Piala Dunia U-17 Qatar 2025


Langkah berani Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025 tak hanya membuka jalan ke perempat final, tapi juga mencetak sejarah baru: lolos ke Piala Dunia U-17 lewat jalur kualifikasi. Garuda Muda menundukkan dua kekuatan besar Asia, Korea Selatan dan Yaman, dengan skor masing-masing 1-0 dan 4-1 dalam dua laga awal Grup C, dan menjadi tim keempat Asia yang memastikan tiket ke Qatar, menyusul tuan rumah Qatar, Arab Saudi, dan Uzbekistan.

Dua kemenangan tersebut menjadi kado spesial Idulfitri bagi masyarakat Indonesia yang tengah merayakan Lebaran. Di balik hasil manis itu, ada racikan taktik matang, kedewasaan dalam membaca permainan, dan visi jelas dari pelatih Nova Arianto yang tak sekadar membawa tim bertahan, tetapi juga melawan dengan cerdas.

Menang Bukan karena Keberuntungan

Laga pertama melawan Korea Selatan jadi bukti efektivitas dan disiplin. Indonesia hanya punya satu tembakan tepat sasaran, tapi itulah yang jadi pembeda: gol Evandra Florasta dari penalti rebound menit 90+2. Bertahan total dengan formasi 5-4-1 kala kehilangan bola, Garuda Muda tak hanya selamat, tapi menang.

Saat menghadapi Yaman, Garuda Muda naik level. Mereka bukan sekadar tim bertahan, tapi mulai menekan dengan cerdik. Dua gol di babak pertama lahir dari kerja sama kolektif yang rapi. Zahaby Gholy membuka skor lewat tendangan jarak jauh (15’) dan memberi asis untuk sundulan Fadly Alberto (25’).

Meski sempat kebobolan penalti (52’), Garuda Muda kembali menggila. Dua gol Evandra Florasta di menit ke-87 dan 89 menutup kemenangan 4-1 dan memuncaki klasemen Grup C dengan enam poin. Mereka juga menjadi tim paling produktif dan paling tangguh di fase grup sejauh ini bersama Jepang, Uzbekistan, dan Arab Saudi.

Beda dari 1990, Kini Lolos Lewat Keringat Sendiri

Indonesia sebelumnya pernah tampil di Piala Dunia U-17 2023 sebagai tuan rumah. Tapi kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya, Garuda Muda lolos ke ajang dunia dengan keringat sendiri. Ini jauh lebih bermakna, apalagi dilakukan di edisi Piala Asia U-17 yang diikuti 16 negara—dua kali lebih banyak dari edisi 1990 saat Indonesia terakhir kali lolos ke semifinal tanpa mencatat satu pun kemenangan.

Perbandingan ini jadi bukti bahwa skuad U-17 saat ini lebih siap, lebih tajam, dan lebih solid. Mereka bukan hanya punya mental bertarung, tapi juga kejelian membaca permainan lawan.

Peran Nova Arianto yang Tak Terbantahkan

Nova tak silau dengan taktik menyerang tanpa arah. Ia membaca lawan, merancang pendekatan, dan menyesuaikan permainan sesuai kekuatan timnya. Saat lawan Korea Selatan, Nova bermain defensif disiplin. Saat melawan Yaman yang rapuh di sisi kiri dan tengah, Nova instruksikan anak asuhnya untuk menyerang dari dua sektor itu. Hasilnya, dua dari tiga gol non-penalti Indonesia berasal dari sisi tersebut.

Statistik juga mendukung: dari 10 peluang yang diciptakan Garuda Muda saat lawan Yaman, 7 peluang berasal dari sisi kiri dan tengah pertahanan lawan.

Strategi ini bukan hanya hasil insting pelatih, tapi buah dari pembacaan matang terhadap data dan performa lawan—ciri khas pelatih modern. Nova menunjukkan bahwa ia bukan hanya mantan bek tangguh, tapi juga pelatih muda berbakat yang layak diperhitungkan di level Asia.

Langkah Selanjutnya: Tes Kedalaman dan Siapkan Misteri

Dengan satu laga sisa melawan Afghanistan (10/4), Nova kemungkinan akan merotasi tim. Ini bukan sekadar strategi hemat tenaga, tapi juga cara untuk menguji kedalaman skuad. Pemain-pemain yang belum tampil bisa menjadi kejutan di fase gugur.

Kedalaman ini juga akan menciptakan “unsur misterius” bagi lawan di perempat final. Indonesia akan menghadapi runner-up Grup D, dan dengan susunan pemain yang belum sepenuhnya dibuka, calon lawan bisa salah mengantisipasi kekuatan Garuda Muda.

Bukan Sekadar Lolos, tapi Tunjukkan Level Baru

Garuda Muda tak sekadar lolos. Mereka menampilkan identitas: tim muda yang cerdas, taktis, dan berani. Ini bukan puncak prestasi, tapi pondasi kuat menuju masa depan sepak bola Indonesia.

Dan yang lebih penting—semangat mereka sudah menular. Rakyat Indonesia kini punya harapan baru dari generasi sepak bola yang tidak hanya bermain, tapi juga menginspirasi.