Market

Krisis Biaya Hidup, Bank Dunia Sebut Orang Miskin RI Nambah 435 Ribu Jiwa

Saat ini, kenaikan harga bahan pangan dan energi cukup membuat repot wong cilik. Alhasil, jumlah rakyat duafa alias miskin di Indonesia, naik. Semakin banyak orang miskin di pinggir jalan dan kawasan kumuh bertumbuh.

Mengacu kepada laporan Bank Dunia atau World Bank yang bertajuk Indonesia Economic Prospects (IEP), penambahan warga miskin di Indonesia akibat kenaikan harga pangan dan energi, mendapai 435 ribu jiwa.

Mungkin anda suka

Dalam laporan yang dirilis Juni 2022 lalu, Bank Dunia menyebut kenaikan harga pangan dan energi, secara bersamaan meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 0,2 persen dalam skenario ekstrem. “Ini (kenaikan tingkat kemiskinan 0,2 persen) setara dengan menempatkan 435 ribu orang ke dalam kemiskinan,” dikutip Kamis (7/7/2022).

Naiknya tingkat kemiskinan ini juga akan berimbas pada daya beli masyarakat Indonesia yang menurut ‘kaca mata’ Bank Dunia merosot 0,6 persen di tengah lonjakan harga pangan dan energi.

Bank Dunia mengingatkan, harga gas alam bakalan naik lebih dari 30 persen, sementara minyak mentah Brent tembus hingga di atas US$100 per barel, terdampak perang Rusia-Ukraina.

Masih soal kemiskinan dampak dari krisis biaya hidup, Program Pembangunan PBB (UNDP) menyebut sedikitnya 71 juta orang di negara miskin masuk kategori miskin ekstrem.

Administrator UNDP, Achim Steiner mengatakan, analisis terhadap 159 negara berkembang menunjukkan adanya kenaikan harga sejumlah komoditas penting pada 2022. Kemiskinan ini terus menjalar ke sebagian wilayah Afrika Sub-Sahara, Balkan, Asia dan lainnya.

Untuk membendungnya, UNDP mendesak adanya tindakan khusus segera dilakukan. Badan PBB ini berupaya mencari bantuan tunai untuk diberikan secara langsung kepada penduduk paling rentan.

UNDP juga ingin agar negara-negara yang lebih kaya bisa memperpanjang dan memperluas Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (DSSI) yang sangat dibutuhkan negara-negara miskin selama pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button