News

Kriteria Pemimpin Nasional yang Diharapkan Anak Muda

Tokoh penggerak anak muda, Fahd Pahdepie mengatakan, kepemimpinan era modern dapat dipelajari di berbagai macam literatur. Namun untuk menjadi seorang pemimpin, anak muda sebagai generasi penerus wajib memiliki tiga kriteria kepemimpinan.

Hal itu disampaikan Fahd dalam diskusi Perkumpulan Kader Bangsa yang bertajuk “Ngobrol Bareng: Transformasi Indonesia dan Visi Kepemimpinan Nasional, Bunga Rampai Pemikiran Aceh sampai Papua” Senin (14/2/2022).

Mungkin anda suka

“Satu, buat saya pemimpin itu harus punya insight, saya sebut 3I. Pemimpin harus punya insight, harus punya wawasan. Pemimpin ini konon tafsir sederhananya adalah, kalau kita jalan di tengah hutan atau mendaki gunung dan kita memilih seorang pemimpin, maka pemimpin itu harus bisa melihat apa yang rombongannya tidak lihat, dan tafsirnya beragam sekali,” kata Fahd.

Bahkan dalam kepemimpinan budaya Jawa, sambung Fahd, seorang pemimpin bersifat kompleks. Bukan hanya experience yang eksistensial atau realitas hari ini, tetapi juga harus mampu melampaui realitas yang lain.

“Dan juga harus paham spiritual. Karena dia harus punya insight beda dari yang lain. Kalau pemimpin itu tidak punya insight, kalau dia tidak tahu, ini berbahaya bagi siapa yang dipimpinanya, berbahaya bagi rombongan, bagi umat, bagi komunitas atau bangsa yang dipimpinnya,” ujar Fahd.

Direktur Eksekutif Amanat Institute ini menambahkan, pemimpin era modern juga harus mampu memahami agama serta memahami harapan anak muda terhadap bangsa dan negara.

“Soal agama pemimpin tidak bisa mengatakan saya tidak tahu agama, bagaimana caranya duduk bareng pemuka agama, duduk bareng ulama, bareng pemuka agama yang lain, sehingga tahu soal agama. Seorang pemimpin juga tidak boleh bilang saya tidak tahu soal anak muda, karena sudah tidak muda lagi. Tidak bisa, dia harus duduk dengan anak muda dan nyari tahu bagaimana anak muda itu kepentingannya, harapannya, dan visinya. Jadi i yang pertama insight itu penting,” terang Fahd.

“Dan saya harap pemimpin nasional kita dari level Presiden dan Kepala Daerah atau pemimpin informal sekalipun harus punya insight,” imbuhnya.

Kriteria pemimpin I yang kedua yaitu integritas. Fahd mengatakan, integritas adalah komitmen pemimpin terhadap sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri dan keluarganya.

“Kalau sudah komit pada sesuatu lebih besar maka dia punya integritas itu. Integritas bangsa maka dia komit pada kebangsaan, integritas pada kemanusiaan, dan integritas pada berbagai macam nilai yang lain itu penting. Karena kita sekarang sudah krisis, kesulitan mencari pemimpin yang punya integritas penuh pada berbagai macam dimensi tadi,” tuturnya.

I yang ketiga, lanjut tokoh muda asal Garut, Jawa Barat ini yaitu inspirasi. Inspirasi adalah sesuatu yang mendorong orang lain untuk bergerak bersama, dan ikut berjuang bersama.

“Menginspirasi itu bukan yang kata-katanya bagus , memotivasi, bukan itu. Tetapi karena dia punya insight, integrity, maka semua gerak-geriknya, keputusannya, langkahnya hanya inspirasional. Dia menggerakkan orang dan orang akan investasi. Investasi tenaganya, investasi pikirannya, investasi masa depannya kepada pemimpin ini,” terang Fahd.

“Pertanyaannya anak muda ini sekarang terinspirasi gak oleh pemimpin yang ada sekarang? jangan-jangan, boro-boro terinspirasi, mereka muak sama konstelasi yang ada, ini harus kita koreksi. Kita butuh pemimpin yang menginspirasi,” tambah Fahd.

Tiga kriteria pemimpin inilah yang sejatinya diharapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dan di masa depan. Fahd berharap anak-anak muda selaku calon pemimpin bangsa memiliki insight, integritas, dan inspirasi.

“Sebetulnya demokrasi inilah yang saya bayangkan, bisa kita bentuk di Indonesia masa depan. Kita bentuk apa yang kita sebut sebagai bangsa, yang kita sebut sebagai mimpi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, kita ingin menciptakan anak-anak muda yang punya insight. Mudah-mudahan langkah hari ini yang digalang kawan-kawan kader bangsa menginspirasi anak muda dan menggerakan anak-anak muda di seluruh Indonesia. Sehingga ke depan kita bukan hanya jadi anak muda calon pemimpin bangsa, tetapi juga menjadi anak-anak muda yang betul-betul pada saatnya menjadi pemimpin bangsa,” tandas Fahd.

Dalam diskusi itu, anak muda dari berbagai daerah di Indonesia juga memunculkan sejumlah catatan menghadapi tahun Pemilu 2024. Mulai dari penguatan sosial budaya, kebermanfaatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital terhadap anak muda, isu lingkungan, kesenjangan sosial, penguatan demokrasi, hingga dukungan terhadap munculnya calon presiden alternatif anak muda pada Pilpres 2024.

“Diskusi ini merupakan penanda bahwa anak muda Indonesia, apapun asal daerahnya, agamanya, partai politiknya, dengan jumlah populasinya yang sangat besar, memiliki aspirasi yang sama dalam menyongsong era perubahan. Kita menginginkan dan siap untuk lebih terlibat, berpartisipasi bahkan memimpin proses pembangunan bangsa ini secara bersama,” kata Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button