News

Kritik Tak Beradab soal UU Ciptaker, BEM UI vs Everybody

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) jadi sasaran tembak dari segala arah karena lontarkan kritik atas pengesahan UU Ciptaker, melalui meme Ketua DPR Puan Maharani, dinilai tak beradab dan tidak santun.

Ketua BEM UI Melki Sedek Huang merasa dirinya benar dan tak mempersoalkan berbagai serangan yang dilancarkan banyak pihak kepadanya. Sebab, menurutnya kritik yang ia sampaikan sudah tepat dan mewakili suara masyarakat.

“Bagi kami itu bukan umpatan yang tidak patut melainkan bentuk kritik yang tepat dalam negara demokratis. Kritik dan argumentasi adalah pondasi penting dalam membangun bangsa, mestinya semua partai politik paham dan mencerna dengan baik,” ujar Melki saat dihubungi inilah.com, Kamis (23/3/2023).

Melki melanjutkan, kritik tersebut merupakan kemarahan atas disahkannya Undang-undang Cipta Kerja pada Selasa (21/3/2023). Padahal sejak 2020 berbagai kalangan masyarakat banyak menolak untuk disahkannya Perppu Ciptaker tersebut.

“Kekecewaan kami sudah besar, kemarahan sudah selalu digaungkan dari 2020 melawan Cipta Kerja, sehingga pengesahan Perppu Cipta Kerja ini jelas harus dikritik keras habis-habisan, DPR harusnya malu menyandang nama Dewan Perwakilan Rakyat padahal entah mewakilkan kepentingan siapa,” katanya.

Ia pun turut mengomentari kritikan yang dilontarkan oleh Stafsus Mensesneg Faldo Maldini. Melki tak terima bila BEM UI disebut telah disusupi asing, sehingga melontarkan kritik secara serampangan soal UU Ciptaker.

Melki menyatakan pihaknya siap membuktikan kritik adalah murni suara mahasiswa. Ia mengatakan seharusnya Faldo yang pernah menjabat jadi Ketua BEM UI paham cara-cara mahasiswa melontarkan kritik.

“Kalau bilang disusupi asing dan sebagainya, silakan dibuktikan saja. Karena BEM UI siap membuktikan semua. Bang Faldo juga pahamlah bahwa kritik itu memang harus untuk menyadarkan anggota DPR saat ini, bahwa mereka sedang tidak bekerja di jalan yang benar,” ujar Melki.

PDIP Minta BEM UI Santun

Politikus PDIP Hendrawan Supratikno menyayangkan cara kritik yang dilakukan oleh BEM UI yang mengunggah meme Ketua DPR Puan Maharani berbadan tikus. Cara tersebut dinilainya kurang elegan dan tak patut disampaikan oleh kalangan terpelajar seperti kawan-kawan mahasiswa. Sebagai kalangan yang terpelajar, seharusnya cermat dalam mengkritik jangan asal bunyi.

“Rasanya kurang patut apabila mahasiswa menyampaikan umpatan-umpatan yang kurang terdidik, asal bunyi, merendahkan akal budi,” kata Hendrawan dalam keterangan kepada awak media di Jakarta, Kamis (23/3/2023).

Anggota Komisi XI DPR itu menyatakan kritik harus membangun dan disampaikan secara baik melalui saluran yang tepat. Sebab, sambung dia, selama ini kritik dan masukan dari mahasiswa sangat diperhatikan DPR maupun fraksi PDIP. Bahkan anggota DPR sering berkunjung ke kampus-kampus menyerap aspirasi.

Ia berharap mahasiswa bergerak sesuai dengan koridornya dan mengedepankan etika akademik. Menurutnya, itulah peran dari akademik dalam membangun peradaban bangsa, bukan asal melontarkan umpatan yang minim gagasan.

“Kami selalu berharap kampus memberi masukan secara lengkap dan mendalam. Kami berharap mahasiswa kembali bergerak dalam koridor dan etika akademik. Itulah esensi peran dan kontribusi insan kampus dalam membangun peradaban bangsa. Bukan melakukan umpatan-umpatan yang dangkal dan spekulatif,” lanjut Hendrawan.

Terlalu Tinggi Nilai Diri Sendiri

Stafsus Mensesneg Faldo Maldini menilai BEM UI salah kaprah dalam menafsirkan pernyataannya, pernyataannya yang menyinggung gaya LSM yang disusupi asing, hanya sebuah contoh semata, bukan tuduhan.

Ia meminta agar Melki dan kawan-kawan untuk jangan jumawa alias terlalu tinggi menilai diri sendiri. “Yang bilang disusupi asing siapa? Nggak sepenting itu asing nyusup-nyusup ke BEM. Jadi jangan over value sama diri sendirilah. Baca dulu pernyataan saya yang benar. Sebelum bicara banyak, ada baiknya baca lebih banyak dan tepat,” kata Faldo kepada wartawan, Kamis (23/3/2023).

“Soal LSM didanai asing, faktanya memang begitu beberapa pertemuan yang kami jalani. Hubungannya sama BEM UI bagaimana? Bisa saja, kebetulan sama cara pikirnya atau kontraktor dan vendor, bisa macam-macam dugaan, merekalah yang bisa jawab,” tambah Faldo.

Faldo, yang juga mantan Ketua BEM UI, khawatir organisasi yang pernah dipimpinnya itu kini semakin berjarak dengan mahasiswa lainnya. Menurut Faldo, jangan sampai BEM UI tidak menjadi representasi kepentingan mahasiswa.

“Jangan sampai mahasiswa lainnya semakin berjarak dengan BEM karena merasa tidak mewakili kepentingan mahasiswa. UU ini soal lapangan kerja, mayoritas habis kuliah mau kerja yang baik dan layak. Terus bicara atas kepentingan siapa BEM UI ini?” ujar Faldo.

Sebelumnya Faldo juga menyentil BEM UI yang dia nilai bersikap aneh, sebab selama ini terlihat cuek namun tiba-tiba begitu peduli dengan terbitnya UU Ciptaker. Pasalnya, selama ini pemerintah telah membentuk Satgas Ciptaker untuk sosialisasi dan serap aspirasi dari masyarakat namun, BEM UI tidak pernah ikut terlibat, hanya teriak-teriak.

“Kalau Anda yang tidak pernah ikut, maka partisipasinya jadi tidak bermakna? Kalau memang peduli, ya datang dari kemarin-kemarin. Tapi kalau cuma teriak begini, ya silakan saja, apalagi kalau cuma itu kemampuan terbaik Anda,” ujar Faldo

Faldo juga menilai sebagai mahasiswa yang terkenal pintar, seharusnya paham bahwa proses lahirnya UU Ciptaker ini sudah memenuhi prosedur dan sesuai aturan. Jadi salah besar jika BEM UI menyebut langkah pemerintah menerbitkan Perppu yang kemudian disahkan DPR jadi UU sebagai langkah inkonstitusional.

Faldo lantas menyindir balik BEM UI yang narasinya mirip Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM yang didanai asing. Dia mengkhawatirkan perjuangan BEM UI dimanfaatkan pihak lain.

“Di sisi lain, mereka juga kadang naif. Banyak kepentingan memanfaatkan ketulusan perjuangannya. Narasinya mirip kayak LSM yang didanai asing, juga kelompok antipemerintah yang dari awal ‘asal bukan Jokowi’, biar laku dagangannya di 2024 nanti,” ujar Faldo.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button