Kanal

KTT Asean, G20 dan Perubahan Arah Politik Jokowi

Senin, 14 Nov 2022 – 10:21 WIB

Syahganda - inilah.com

Syahganda Nainggolan (Foto: Istimewa)

Kita dapat menghentikan kecurigaan kita pada Jokowi sebagai mastermind isu perpanjangan jabatan tiga periode dan dapat mengalihkan tuduhan kepada orang-orang terdekatnya, jika nanti isu itu muncul lagi.

Dr. Syahganda Nainggolan (Sabang Merauke Circle)

Alhamdulillah Jokowi telah memastikan bahwa dia akan lengser 2024 dan kembali ke Solo. Sebagaimana diberitakan CNN Indonesia (13/11/2022) dalam judul “Jokowi Beber Rencana Setelah Lengser: Pulang Ke Solo Jadi Rakyat Biasa”, mengutip wawancara Jokowi dengan The Economist, majalah ekonomi terbesar di Eropa, selain lengser, Jokowi juga akan menjadi aktivis lingkungan.

Pernyataan Jokowi ini sangat penting bagi kita sebagai pegangan bahwa berbagai upaya yang dilakukan pendukungnya selama ini melalui isu perpanjangan jabatan maupun isu presiden 3 periode ditepis Jokowi. Kita dapat menghentikan kecurigaan kita pada Jokowi sebagai mastermind isu perpanjangan selama ini dan dapat mengalihkan tuduhan kepada orang-orang terdekatnya, jika isu itu muncul lagi nantinya.

Perubahan sikap Jokowi ini mungkin terkait dengan aktivitas internasional Jokowi hari-hari ini yang terlalu berat, baik dalam skala Asean maupun G20. Jokowi dalam KTT Asean dan selanjutnya sebagai Ketua Asean telah menunjukkan sikap keras terhadap rezim junta militer Myanmar.

Bulan lalu Asean tidak membolehkan wakil Junta hadir kecuali dihadiri juga oleh pihak oposisi, dalam bahasan batas akhir dialog Junta dan oposisi. Myanmar mengutuk pemerintah Indonesia sebagai “anjing peliharaan” Amerika (CNBC Indonesia 28/10/2022). Dengan berubahnya sikap Jokowi yang semula ragu mengutuk Junta Myanmar, Asean akhirnya mayoritas dalam genggaman mainstream global order, yang menghargai demokrasi dan antipelanggaran HAM.

Pergumulan kedua Jokowi soal demokrasi terkait dengan Putin. Pada bulan Agustus (19/8/2022), Jokowi melakukan self claim bahwa Putin akan hadir pada G20. Padahal kedutaan besar Rusia di Jakarta maupun sekretaris/jubir Putin tidak memberikan informasi itu. Setidaknya jika kita merujuk pada media yang memberitakan. Jokowi sepertinya sangat berharap Rusia hadir. Bahkan, Jokowi mengambil risiko pergi ke Ukraina dan lalu ke Rusia untuk mengundang Putin, selain Zelensky, presiden Ukraina.

Namun, seiring waktu, dengan tekanan barat yang tidak menghendaki kehadiran Putin di G20 Bali, Jokowi terkesan tidak kecewa. Setidaknya tidak diungkapkan oleh Jokowi atau jika merujuk pada statemen Luhat Binsar Panjaitan bahwa tidak masalah jika tidak ada Komunike Pemimpin Dunia di G20.

Myanmar dan Rusia adalah sekutu China. Sikap Jokowi yang terkesan berubah penting dicatat karena selama ini Jokowi menjadi “anak emas” China. Bahkan, sampai detik-detik terakhir sebelum G20, Jokowi berharap KCIC (Kereta Cepat Jakarta China) Bandung-Jakarta dapat diresmikan Xi Jin Ping, di sela kunjungannya ke Indonesia.

Kita bersyukur melihat Jokowi berubah ke arah block global order yang mementingkan demokrasi dan HAM. Namun, Jokowi tidak bisa terlalu lama di tengah. Sebab, China dan Rusia pasti akan mengevaluasi posisi Jokowi terhadap afiliasinya selama ini.

Spekulasi pertama yang terlihat adalah batalnya rencana Xi Jin Ping meresmikan projek kereta cepat pertama di Asean ini. Bukan hanya tidak meresmikan, isu kereta cepat saat ini malah sudah kehabisan dana operasional, sehingga proyek terancam mangkrak, jika tidak ada suntikan negara kita. Padahal selama ini pemerintah China berencana memberikan bantuan besar tanpa risiko di APBN kita.

Spekulasi kedua adalah kemungkinan Indonesia tidak akan dimasukkan dalam BRICS, sebuah persekutuan negara ekonomi alternatif. Padahal, selama ini Indonesia mempunyai kesempatan untuk bisa bergabung dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan South of Africa), sehingga memperkuat posisi tawar Indonesia dalam global order.

Penutup

KTT Asean dan G20 membawa perubahan sikap Jokowi atas isu perpanjangan masa jabatan Presiden. Jokowi telah mengatakan akan lengser dan menjadi pecinta lingkungan, pada tahun 2024. Padahal selama ini Jokowi mengapresiasi kelompok-kelompok antidemokrasi yang menyuarakan perpanjangan masa jabatan dan atau 3 periode Jokowi sebagai bagian demokrasi. Dalam hubungannya dengan Myanmar dan Putin, Jokowi memperlihatkan sikap antikekerasan, khusus soal Putin, setidaknya tidak mengatakan kecewa atas ketidak hadiran Putin.

Kita berharap Indonesia dapat berperan besar dalam G20. Selain sebagai event organizer, Indonesia dapat membicarakan keadilan tatanan global dan solidaritas. Pasca pandemi seluruh dunia mengharapkan adanya order global, yang selama ini dikuasi barat dengan perspektif barat sentris, ke arah dunia yang multipolar dan menekankan kebersamaan.

Semoga Jokowi benar-benar prodemokrasi dan lalu mengkoreksi berbagai kebijakannya yang selama ini terlalu banyak melakukan kriminalisasi ulama, aktivis politik, dan tokoh-tokoh lingkungan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button