Kanal

Kurang Canggih, Menteri Arifin tak Puas dengan Alat Pantau Gunung Api

Indonesia perlu memiliki alat pantau gunung api yang benar-benar canggih. Selain didukung SDM yang mumpuni.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengulang soal perlunya pemutakhiran peralatan pemantauan. Khususnya di pos pengamatan gunung api (PGA) di seluruh Indonesia.

Saat kunjungan kerjanya ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/12/2021), Menteri Arifin meminta PVMBG terus memantau aktivitas gunung api di Indonesia. “Ikuti perkembangan terbaru teknologi yang ada. Jika ada yang terbaru, lakukan upgrading, yang masih ketinggalan kita tingkatkan kualitasnya,” ujarnya, dikutip dari rilis Kementerian ESDM di Jakarta, Sabtu (25/12/2021).

Dari 127 gunung api aktif di Indonesia, PVMBG memantau 69 gunung api melalui 74 PGA selama 24 jam. “Kita minta PVMBG memonitor semua gunung api, baik tipe A, B, C. Untuk sementara, kita digitalisasikan 69 gunung api, agar dapat terintegrasi pemantauannya di PVMBG,” ujar Menteri ESDM.

Menteri Arifin mengatakan, PVMBG harus memenuhi tiga hal yaitu ketercukupan petugas pemantauan, ketersediaan alat pantau gunung api yang mutakhir, dan pembinaan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk pembinaan kemampuan SDM, bisa dilakukan di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM Kementerian ESDM.

Pada kesempatan itu Menteri ESDM melakukan video conference dengan pengamat gunung api yang sedang bertugas di seluruh Indonesia. “Assalamualaikum pengamat Gunung Seulawah Agam di Aceh, Gunung Lokon, Semeru, Merapi, Dieng, Sinabung, apa kabar semua,” sapa Arifin.

Kepada para pengamat itu, Menteri Arifin menanyakan status gunung api yang diawasinya dan berjanji memodernisasi perlengkapan pengamatannya. “Terus monitor aktivitas gunung api, jangan lengah dan tetap waspada. Terus tingkatkan kemampuan, kita juga akan terus berupaya memodernisasi perlengkapan pengamatan,” ujarnya.

Pengamat gunung api umumnya telah dilengkapi peralatan monitoring kebencanaan, yang meliputi seismik, GPS, tilt meter, electronic distance measurement (EDM), dan CCTV. Saat ini, Gunung Merapi memiliki sistem pemantauan terbaik dengan 6 stasiun seismik, 6 stasiun GPS, 2 stasiun tilt meter, 1 EDM minimal 4 reflektor, 1 stasiun geokimia, 2 stasiun CCTV, dan 1 infra red camera.

Pihak PVMBG juga memiliki sistem pemantauan Sesar Opak di Yogyakarta dan Sesar Lembang di Bandung. Sistem pemantauan gerakan tanah dilakukan dengan memasang Landslide Early Warning System (LEWS) dan ruang monitoring di Bandung untuk memantau aktivitas gunung api serta pengumpulan informasi kejadian gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah di seluruh Indonesia.

Aplikasi MAGMA Indonesia juga disajikan untuk memudahkan masyarakat mengakses data terkini kebencanaan geologi. “Alur monitoring gunung api diawali dari hasil perekaman di lapangan yang dikirim ke pos pemantau melalui radio analog/digital, dilanjutkan ke kantor Bandung melalui VSAT. Alur monitoring patahan aktif dan gerakan tanah berawal dari perekaman data di lapangan dikirim ke Bandung melalui aplikasi MAGMA Indonesia,” jelas Kepala PVMBG Andiani.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button