Market

Kurangi Emisi Karbon, TAP Gandeng Perusahaan Taiwan

Tekan emisi karbon, Tunas Artha Pratama (TAP), perusahaan pemegang hak karbon yang berlokasi di Kalimantan Tengah, menjalin kerja sama dengan perusahaan Taiwan, Ding Chen Carbon Asset Management Co Ltd (DCCAM).

Kerja sama ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU), Jakarta, Selasa (1/3/2022). Hadir pemdiri Tunas Perkasa Group, Tugiyo Wiratmojo serta petinggi DDCAM. Dipimpin mantan Kepala Pengawas Keuangan dari Yuan Eksekutif, Mr Wei Potao; Chairman DC Carbon Co Ltd, Mr Ting Chen Kao; Manajer Umum DC Carbon, Chin Chuan Cheng; Direktur Eksekutif DC Carbon, Mr Hsin Chien Wu; serta konsultan industri kimia, Stephen Lo.

Usai penandatanganan MoU, dikutip dari Antara, Rabu (2/3/2022), rombongan mengunjungi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Dibahas kerja sama pengembangan sumber karbon, bertempat di kantor TUV Rheinland Indonesia.

Tugiyo yang juga menjabat Kepala Kadin Kalteng, mengatakan, penandatanganan kerja sama ini dalam rangka bersama-sama mengembangkan sumber karbon menyelesaikan masalah emisi karbon di dunia dengan memanfaatkan sekitar 500.000 hektare hutan rawa gambut di Kalteng.

Dia memaparkan, luas daratan Indonesia adalah 191,3 juta hektare, lebih dari 60 persen di antaranya adalah hutan termasuk lahan gambut. Menurutnya, Ini merupakan ekosistem penyimpan karbon paling efisien di alam. Hutan gambut tropis merupakan reservoir keanekaragaman hayati, karbon, dan sumber daya air yang merupakan habitat berbagai spesies yang terancam punah, termasuk spesies burung, ikan, mamalia, reptil, dan amfibi.

“Oleh karena itu, Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co (DCCAM) untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti informasi tentang kepadatan dan ketebalan gambut, guna mengembangkan model pengelolaan emisi karbon yang tepat,” paparnya di sela-sela kegiatan.

GM DCCAM, Jack Yao atau Chin Chuan Cheng mengatakan, PBB meningkatkan permintaan akan kebijakan perlindungan lingkungan dari negara dan perusahaan, menyikapi eksploitasi sumber daya yang berlebihan secara global. Misalnya. seperti penggundulan hutan, polusi udara, dan masalah lainnya.

“Maka dari itu, dengan penandatanganan MoU Pengembangan Bersama Sumber Daya Karbon dengan Provinsi Kalimantan Tengah ini merupakan komitmen bersama mengatasi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam. Sehingga kita dapat mencapai tujuan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan sambil menyelesaikan krisis iklim,” ungkap Jack Yao.

Menghadapi perubahan iklim dan tren global emisi nol persen atau karbon bersih pada 2050, menurut Jack Yao, menjadi tantangan di masa depan. Untuk itu, DC Carbon berupaya menciptakan persaingan ekonomi dengan tetap menjaga lingkungan.

Sebelumnya, Gods Flame Digital Co., Ltd (GFD) mengumumkan, resmi menjadi mitra strategis dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co Ltd (DCCAM). Hal itu disepakati setelah DCCAM memperoleh hak karbon, hak pengembangan teknologi blockchain dan hak distribusi karbon dari TAP kepada mitra strategisnya GFD.

“Protokol Kyoto ditandatangani pada tahun 1997, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pemanasan iklim dan menetapkan target pengurangan gas rumah kaca. Oleh karena itu, melindungi Bumi dan meregenerasi hutan akan menjadi tugas utama pengelolaan berkelanjutan dari Bumi,” kata Jack Yao.

Sedangkan GM Gods Flame Digital Co Ltd (GFD), Lin Zhifan bilang, pihaknya sangat antusias untuk menjadi mitra strategis dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co Ltd dan menjadi bagian dari perlindungan Bumi. Selain pengembangan rantai publik hak karbon, dan penerbitan, perusahaannya juga akan mengembangkan dunia metaverse yang didedikasikan untuk hubungan erat antara perlindungan lingkungan dan hak karbon.

“Dan sebagian dari hasilnya akan diinvestasikan kembali dalam sumber daya perlindungan lingkungan, sehingga dunia maya dan dunia nyata dapat benar-benar membangun jembatan dan menjadi siklus tanpa akhir,” ujar Lin Zhifan.

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button