Market

Kurangi Impor LPG yang Beratkan APBN, Dewan Energi Usulkan Ini

Indonesia perlu menerapkan diversifikasi energi yang lebih masif dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada di dalam negeri, untuk mengurangi ketergantungan impor LPG.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Widya Yudha mengatakan, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi impor LPG, yaitu meningkatkan pemanfaatan gas bumi, khususnya sebagai bahan bakar rumah tangga. “Gas bisa digunakan untuk power, industri dan rumah tangga,” kata Satya, Jakarta, Sabtu (9/4/2022).

Sebelumnya Satya mengungkapkan untuk mengurangi impor LPG juga bisa dilakukan dengan memproduksikan Rich Gas 500 ribu ton per tahun mulai 2022. Selain itu dengan meningkatkan produksi LPG dari pengembangan kilang minyak. “Langkah kelima dengan mengembangkan DME & metanol dari IUP BUMN dan PKP2B perpanjangan,” jelasnya.

Menurut Satya, mendorong pemanfaatan kompor listrik juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi impor LPG, sumber energi listrik tersebut bisa menjadi pengganti LPG sebagai bahan bakar rumah tangga. “Penggunaan kompor listrik untuk rumah tangga dengan penggunaan energi yang kompetitif dan kontinuitas suplai listrik,” ujar Satya.

Dengan melakukan berbagai langkah pengurangan gas impor tersebut, maka Indonesia dapat menghemat anggaran sebesar US$4 miliar per tahun mulai 2021 hingga 2040. Tentunya, ini akan berdampak pada Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).

Satya merincikan, pada 2030, kebutuhan LPG Indonesia akan mencapai 9,7 juta ton. Jika tanpa impor, maka pemenuhannya berasal dari LPG Eksisting sebesar 1,2 juta, jargas 1,1 juta, kompor listrik 2,1 juta, rich gas 0,5 juta, LPG dari kilang 1,8 juta, DMe dan Methanol 3 juta.

Satya mengklaim jika langkah-langkah tersebut dilakukan, maka RI bisa-bisa tak perlu lagi mengimpor LPG untuk kebutuhan dalam negeri, meski kebutuhan LPG diproyeksi mencapai 9,7 juta ton. Jika produksi gas dalam negeri bisa dioptimalkan, maka negara bisa menghemat devisa hingga US$4 miliar per tahun pada 2021-2040 mendatang.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button