Lebanon Krisis Kesehatan, 73 Petugas Medis Tewas dan Tiga RS Berhenti Operasi


Israel melakukan penargetan berulang kali terhadap rumah sakit dan petugas medis di Lebanon. Tiga rumah sakit mengumumkan penghentian sementara aktivitasnya di tengah berlanjutnya pemboman Israel. Sementara WHO mengumumkan 73 petugas kesehatan tewas akibat serangan Israel di negara itu.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mendesak masyarakat internasional untuk menekan Israel agar mengizinkan tim penyelamat dan bantuan untuk mencapai lokasi yang dibom dan memberikan akses untuk memindahkan para korban.

Rumah Sakit Sainte Therese di pinggiran selatan Beirut melaporkan kerusakan besar dan mengatakan “penargetan pesawat tempur Israel… di sekitar fasilitas tersebut pada hari Kamis menyebabkan terhentinya layanan rumah sakit,” dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Nasional (NNA) resmi.

Rumah sakit Mais al-Jabal di Lebanon Selatan yang berbatasan dengan Israel mengumumkan penghentian kerja semua departemen, dengan menyebutkan beberapa faktor termasuk “penargetan musuh terhadap rumah sakit” sejak Oktober lalu dan masalah pada jalur pasokan serta akses staf.

Direktur rumah sakit pemerintah Marjayoun di Lebanon selatan, Mouenes Kalakesh, mengatakan kepada AFP bahwa “serangan udara Israel menargetkan ambulans di pintu masuk utama rumah sakit”, menewaskan paramedis yang sedang membawa korban luka ke fasilitas tersebut.

Layanan darurat Komite Kesehatan Islam, yang berafiliasi dengan Hizbullah, mengatakan tujuh personel darurat tewas dalam agresi langsung Zionis terhadap tim darurat di rumah sakit Marjayoun, dengan empat lainnya meninggal dunia dalam dua serangan di tempat lain di Lebanon selatan.

Tidak Ada Ahli Anestesi

Kalakesh mengatakan bahwa fasilitasnya telah menyediakan layanan medis sejak awal perang, tetapi kekurangan staf dan pemboman telah memaksa penutupan rumah sakit, yang terletak kurang dari 10 kilometer dari perbatasan itu.

Gerakan Hizbullah Lebanon dan Israel telah saling serang lintas perbatasan hampir setiap hari selama hampir satu tahun. Kelompok itu mengatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung sekutu Palestina, Hamas, dalam perang Gaza.

Sementara Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan Hizbullah dalam upaya untuk membuat wilayah utara negaranya aman agar warganya yang mengungsi bisa pulang ke rumahnya. Israel telah mengintensifkan kampanye pembomannya sejak 23 September.

Pengeboman tersebut telah menewaskan lebih dari 1.110 orang, menurut hitungan resmi AFP, dan menyebabkan hingga satu juta orang mengungsi, menurut para pejabat. Banyak orang telah meninggalkan daerah Marjayoun menyusul eskalasi baru-baru ini, dengan beberapa kota dan desa di daerah tersebut mengalami kerusakan untuk pertama kalinya.

“Rumah sakit Marjayoun telah beroperasi selama empat hari tanpa ahli anestesi dan spesialis laboratorium, karena banyak orang telah melarikan diri”, kata Kalakesh.

Sebelumnya pada hari Jumat, Hizbullah mengatakan serangan Israel menewaskan seorang tim penyelamat di lokasi serangan udara semalam di Beirut selatan. Sehari sebelumnya, Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan 97 penyelamat telah tewas sejak Hizbullah dan Israel mulai bertempur Oktober lalu. Di antara jumlah itu ada lebih dari 40 paramedis dan petugas pemadam kebakaran yang tewas oleh tembakan Israel hanya dalam tiga hari, katanya.

WHO Laporkan 34 Serangan ke Fasilitas Kesehatan

Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Lebanon saat ini sedang menghadapi krisis kesehatan parah menyusul penargetan berulang kali terhadap staf kesehatan, rumah sakit, dan paramedis.

Organisasi itu juga menunjukkan bahwa pasukan Israel telah melakukan 34 serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan, yang mengakibatkan tewasnya 73 pekerja kesehatan dan 67 lainnya cedera.

Dalam pernyataan yang dibagikan di platform X, organisasi tersebut menyoroti jumlah korban yang mengkhawatirkan. “Lebanon tengah menghadapi krisis kesehatan. Ada 1.974 korban tewas, 9.384 korban luka-luka, dan 346.209 korban mengungsi.”

Kemarin pasukan pendudukan Israel menembakkan peluru artileri ke Rumah Sakit Salah Ghandour di kota Bint Jbeil, Lebanon selatan, yang mengakibatkan jatuhnya korban di kalangan petugas kesehatan. Sembilan dari 15 petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut terluka kritis dan pasukan pendudukan Israel hanya menyetujui pemindahan lima orang ke rumah sakit di Saida. 

Petugas darurat Palang Merah berupaya memindahkan korban luka dari rumah sakit, namun pasukan pendudukan Israel menolak menjamin keselamatan ambulans. Akhirnya para petugas medis mengevakuasi rekan kerja yang gugur menggunakan mobil mereka dan memindahkan korban yang tersisa ke Rumah Sakit Pemerintah Tebnine, bersama dengan penduduk di daerah tersebut.