News

Lebanon Krisis Keuangan, Warga Nekat Merampok Bank

Selasa, 11 Okt 2022 – 10:45 WIB

Lebanon Krisis Keuangan, Warga Nekat Merampok Bank

Mungkin anda suka

Krisis Di Lebanon Bikin Bank Bank Dijaga Ketat – Foto: ist

Negara di kawasan Timur Tengah, Lebanon saat ini mengalami krisis keuangan yang parah. Akibat krisis keuangan itu mengakibatkan warganya harus terpaksa ‘merampok’ uangnya sendiri di bank.

Hal ini karena bank-bank di negara tersebut membatasi penarikan uang tunai hanya US$ 400 atau sekitar Rp6,12 juta (kurs Rp15.300) setiap bulan. Namun jumlah ini tidak cukup untuk sebagian masyarakat yang membutuhkan biaya tambahan seperti berobat hingga keperluan lain. Kondisi ini memicu warga malakukan ‘perampokan’ di sejumlah kantor bank.

Menurut laporan The Guardian, dalam dua bulan terakhir telah terjadi belasan aksi ‘perampokan’ bank di hampir seluruh kota. Bahkan banyak di antara warga yang membawa senjata asli dan kekerasan.

Tapi ada juga warga yang nekat yang membawa senjata api mainan untuk melakukan aksi perampokan itu. Sali Hafez contohnya yang merampok di salah satu bank di Beirut dan mendesak teller memberikan uang tabungannya senilai US$ 12.000. Aksi ini Hafes lakukan karena kebutuhan untuk pengobatan kanker sang adik.

Selain itu ada lagi cerita dari seorang anggota parlemen Lebanon, Cynthia Zarazir yang melakukan aksi duduk dengan pengacaranya di salah satu cabang bank sampai pejabat bank tersebut setuju menyerahkan uang US$8.500 dari rekeningnya untuk perawatan kanker saudara perempuannya.

Pelangga yang frustrasi di sebuah bank Blom di distrik Hamra, Beirut mengaku tak percaya dengan kondisi yang terjadi.

“Lihat kekacauan ini,” kata nasabah, Rashid.

“Kita harus menunggu di sini seperti pengemis yang menunggu untuk masuk hanya untuk mendapatkan uang,” tuturnya, dikutip Selasa (11/10/2022).

Dina Abou Zour, seorang pengacara dan pendiri kelompok yang dikenal sebagai Serikat Penyimpan, mengatakan perlu ada solusi cepat atas masalah tersebut, namun saat ini pemerintah terkesan lamban dalam menangani kondisi ini.

“Banyak bank bangkrut,” kata Abou Zour.

“Hal-hal seharusnya tidak mengarah ke sini. Tidak ada perubahan yang terlihat. Hal itulah yang membuat para nasabah kehilangan harapan. Para hakim mogok. Karyawan sedang mogok kerja. Pengadilan, institusi tidak berfungsi.”

Masyarakat Lebanon marah karena banyak kasus-kasus korupsi yang terjadi di negara tersebut. Bahkan tidak ada niat dari pejabat melakukan reformasi.

“Itulah yang membuat krisis Lebanon berbeda. Sangat sulit untuk menyingkirkan orang dan mengubah sistem, karena ada orang yang korup di setiap posisi,” katanya.

Albert Letayf, seorang bankir investasi terkemuka, mengatakan setiap hari bahwa reformasi yang tertunda mempersulit para nasabah untuk mendapatkan uang mereka kembali.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button