Gempa dahsyat yang berpusat di Myanmar menyebabkan lebih dari 2.000 laporan kerusakan struktural terjadi di gedung-gedung di Bangkok, Thailand.
Atas laporan itu, pemerintah Thailand merencanakan inspeksi untuk 700 bangunan.
Keretakan bangunan tersebut terutama dilaporkan terjadi di pusat kota, tempat gedung-gedung tinggi terkonsentrasi.
“Keselamatan adalah prioritas kami,” kata Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP, Minggu (30/3/2025).
“Meskipun satu bangunan yang sedang dibangun runtuh, tidak ada bangunan yang telah selesai dibangun, yang mengalami kehancuran imbas gempa,” imbuhnya.
Sittipunt memastikan untuk memastikan keselamatan tempat kerja di gedung-gedung tinggi, semua inspeksi akan dipercepat selama akhir pekan.
Sebanyak delapan orang tewas dan puluhan lainnya masih hilang, setelah sebuah gedung tinggi yang sedang dibangun di dekat Taman Chatuchak runtuh.
Hingga kini operasi penyelamatan masih dilakukan di Bangkok. Pihak berwenang mencari orang-orang yang diduga terjebak di bawah bangunan runtuh.
Wakil Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, sebelumnya mengatakan kru penyelamat sedang berupaya membebaskan lebih dari 100 orang sebuah gedung runtuh.
Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025). Guncangannya dahsyat dan terasa hingga Thailand, bahkan sampai China.
Junta militer Myanmar kemudian menerapkan status darurat di sebagian wilayah negara tersebut. Situasi itu ditetapkan untuk wilayah Sagaing, Mandalay, Bago, Shan bagian timur, dan Magway.
Informasi terakhir yang disampaikan pihak junta militer, korban tewas akibat gempa dahsyat di Myanmar telah mencapai 1.644 orang, dan sebanyak 3.408 orang luka-luka.