Prof. DR. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K), Dokter Spesialis Paru Anak dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menekankan pentingnya deteksi dini asma pada anak.
Peradangan pada bronkus yang terjadi pada asma tidak hanya mengganggu kualitas hidup anak tetapi juga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang mereka secara signifikan.
Asma, yang sering ditandai dengan batuk, wheezing, sesak napas, dan rasa tertekan di dada, merupakan kondisi yang memerlukan pemahaman mendalam tentang proses sensitisasi—yaitu bagaimana seseorang menjadi sensitif terhadap pencetus asma.
Menurut Prof Bambang, banyak kasus asma pada anak tidak terdeteksi sejak dini, padahal deteksi dini sangat penting untuk mengelola dan mencegah kondisi ini efektif.
Data dari Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023 menunjukkan bahwa ada 877.531 penderita asma di Indonesia, dengan jumlah terbanyak di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Khusus pada anak, tercatat 11.518 kasus pada anak di bawah satu tahun, 59.253 kasus pada usia 1-4 tahun, dan 138.465 kasus pada usia 5-14 tahun. Tingkat kekambuhan pada anak juga sangat tinggi, mencapai 53,5% untuk anak di bawah satu tahun, 66% pada anak usia 1-4 tahun, dan 59,8% pada anak usia 5-14 tahun.
Untuk membantu mendeteksi risiko asma sejak dini, Prof Bambang menyarankan penggunaan Pediatric Asthma Risk Score (PARS), alat skrining yang dinilai efektif dalam memperkirakan risiko asma pada anak-anak.
PARS, yang dikembangkan oleh peneliti dari Cincinnati Children’s Hospital, menggunakan enam faktor risiko pada anak antara lahir dan usia tiga tahun. Studi tentang PARS menunjukkan kinerja yang baik dalam memprediksi perkembangan asma pada anak-anak dengan sensitivitas sebesar 0.68 dan spesifisitas sebesar 0.77.
Penting bagi orang tua untuk memahami cara mengidentifikasi dan mengelola asma, termasuk menghindari pencetus seperti debu rumah, alergen dari bulu binatang, polusi udara, asap rokok, dan infeksi pernapasan.
Prof Bambang menegaskan bahwa dengan deteksi dini dan manajemen yang tepat, serangan asma bisa dihindari, memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat.