Legenda Timnas Indonesia Junaidi Abdillah Meninggal, Pernah Hadapi Ajax dan Man United


Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola Indonesia setelah legenda Timnas Indonesia, Junaidi Abdillah, meninggal dunia di Jakarta, Sabtu (8/3).

Kabar berpulangnya Junaidi Abdillah dikonfirmasi oleh mantan pemain sekaligus pelatih Timnas Indonesia, Rahmad Darmawan. Junaidi Abdillah menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP).

“Turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya senior kami yang baik hati, bang Junaidi Abdillah. Semoga keluarga yang ditinggal diberi ketabahan, keikhlasan, dan kesabaran,” tulis Rahmad Darmawan.

Perjalanan Karier Junaidi Abdillah

Junaidi Abdillah lahir di Mataram, 21 Februari 1948, dan dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Tim Merah Putih. Ia mengawali karier sepak bolanya di Diklat Salatiga pada awal 1960-an, bersama rekan-rekan seangkatannya seperti Oyong Liza, Suharsoyo, dan Sartono Anwar.

Bakatnya yang menonjol membuatnya dipanggil oleh PSSI untuk memperkuat Timnas Indonesia U-19 di Piala Asia Junior 1967. Pada turnamen tersebut, Indonesia finis sebagai runner-up setelah kalah 0-1 dari Israel.

Seiring waktu, Junaidi Abdillah naik ke level senior dan menjadi bagian dari skuat Timnas Indonesia yang menjuarai King’s Cup 1968 di Thailand.

Selain itu, Junaidi memiliki pengalaman berharga menghadapi tim-tim elite dunia, termasuk melawan Ajax Amsterdam dan Manchester United dalam periode pelatnas jangka panjang. Indonesia kalah 1-4 dari Ajax, namun sukses menahan imbang Manchester United dengan skor 0-0.

Peluang Bermain di Liga Belanda

Di bawah kepemimpinan pelatih legendaris Wiel Coerver, Junaidi Abdillah semakin berkembang sebagai pemain. Bahkan, berkat performanya yang mengesankan, Junaidi sempat mendapat tawaran dari klub Liga Belanda, Go Ahead Eagles. Meski akhirnya tak berkarier di Eropa, Junaidi tetap menjadi salah satu ikon sepak bola Indonesia yang dihormati.

Kepergian Junaidi Abdillah meninggalkan duka mendalam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Namanya akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah emas sepak bola Indonesia.