Ototekno

Lensa AI, Aplikasi Edit Foto Canggih yang Bikin Seniman Gerah

Di era digital seperti sekarang ini, manipulasi foto bisa dengan mudah untuk menerapkannya. Misalnya mengubah foto hitam putih menjadi berwarna, atau mentransformasi gambar biasa menjadi seperti dalam mimpi. Namun keduanya membutuhkan kemampuan komputasi yang andal seperti halnya dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Kini, lewat aplikasi bernama Lensa AI, kamu dapat memanipulasi foto biasa menjadi terlihat artistik hanya menggunakan smartphone. Sama seperti Instagram, aplikasi ini berfungsi untuk mengedit foto, baik yang sudah ada di galeri atau hasil jepretan kamera, dengan gaya yang terinspirasi dari lukisan.

Lensa, aplikasi populer milik perusahaan PRISMA itu menggunakan teknologi AI itu dapat mengubah foto menjadi seni bergaya, yang kini telah melonjak popularitasnya selama beberapa minggu terakhir, berkat fitur “Magic Avatar” viral barunya. Artis papan atas Indonesia pun mengikuti trend tersebut. Mulai dari Dian Sastrowardoyo hingga pejabat Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan gandrung memakai editan aplikasi tersebut.

Pengguna mulai memposting hasil editan selfie mereka di TikTok, Instagram, dan Twitter. Tagar #Lensa memiliki lebih dari setengah juta postingan di Instagram pada hari Senin. Aplikasi ini sendiri telah tembus unduhan 1,6 juta kali pada November, naik 631% dari Oktober.

Lonjakan tersebut telah mendorong diskusi terbaru seputar seni yang diciptakan oleh kecerdasan buatan — yang memiliki pro dan kontra, kata para seniman.

Apa itu Lensa dan bagaimana cara kerjanya?

Lensa AI merupakan generator gambar kecerdasan buatan yang memungkinkan pengguna membuat dan memposting rendering artistik dari foto mereka sendiri. Aplikasi ini sudah ada sejak 2018, tetapi fitur “Magic Avatar” baru menarik minat penggunanya.

Aplikasi ini bekerja dengan mengubah foto yang diunggah pengguna menjadi sebanyak 200 avatar. Lensa menggunakan Stable Diffusion, kecerdasan buatan open-source yang dapat menghasilkan gambar dari perintah teks, untuk membuat renderingnya terlihat seperti dibuat oleh seorang seniman — bukan komputer.

Hasil foto yang sudah diedit menggunakan kecerdasan buatan tersebut cukup menarik perhatian. Sejumlah warganet yang mengunggah hasil fotonya nyaris dapat mengubah tampilan aslinya 180 derajat.

Mulai diubah menjadi foto ilustrasi, foto kartun, foto yang cat di kanvas, menambah aksesori pada wajah, mengubah bentuk wajah, menghilangkan noda di wajah, mengganti warna rambut, mengubah pose dari gambar yang diedit, dan masih banyak lagi.

Untuk melakukan penyuntingan (edit) pada foto, pengguna harus terlebih dahulu menyiapkan beberapa foto selfie. Namun, untuk bisa melakukan editan yang beragam dan tidak terbatas, pengguna harus terlebih dahulu membayar. Berikut adalah rinciannya.

  1. 50 avatar unik (5 variasi dengan 10 gaya berbeda): Rp 47.000
  2. 100 avatar unik (10 variasi dengan 10 gaya berbeda): Rp 78.000
  3. 200 avatar unik (20 variasi dengan 10 gaya berbeda): Rp 109.000

Kritik Seniman

Saat seni AI menjadi lebih mudah untuk akses dari mana saja, pengguna mengatakan rasa ingin tahu banyak menarik mereka. Juga para Seniman yang mengamati prosesnya dengan hati-hati.

Ryan Evans, seniman asal New Jersey yang bekerja di Philadelphia, mengunduh Lensa untuk mencoba sendiri.

“Rasa narsistik saya tidak bisa menjauh,” katanya mengutip laman Techcrunch. “Saya harus menghabiskan $3,99 untuk mendapatkan 50 ilustrasi yang buruk tentang diri saya.”

Evans mengenali alat daya pikat seperti yang aplikasi Lensa miliki dan mengatakan ia telah menjajal banyak aplikasi tersebut.

“Saya pikir itu hanyalah alat yang menyenangkan, sejujurnya,” katanya. “Ini membantu saya menghasilkan hal-hal yang biasanya tidak akan pernah bisa saya lakukan sendiri. Hal-hal seperti kreasi muppet, versi 3D terdistorsi dari karakter favorit saya, dll.”

Evans mengatakan keluhannya meski tidak banyak menggunakan aplikasi AI akhir-akhir ini, tetapi pada awalnya menyebutnya itu sebagai “adiktif”.

Kekhawatiran itu, nyatanya banyak jadi sorotan ilustrator dan materi iklan digital lainnya, bergema di media sosial karena banyak orang menghadapi masalah pelik ini — dan ancaman eksistensial yang tampaknya mereka timbulkan — untuk pertama kalinya.

“Saya tahu akhir-akhir ini banyak orang memposting Lensa/potret AI lainnya. Saya ingin mendorong Anda untuk tidak melakukannya atau, lebih baik lagi, tidak menggunakan layanan ini, ”tulis pengisi suara Jenny Yokobori dalam utas tweet populer tentang Lensa.

Di sisi lain, artis Riot Games Jon Lam berbagi ketidaknyamanannya sendiri dengan seni yang buatan AI. “Saat seniman AI mencuri/mengkooptasi seni dari kami, saya tidak hanya melihat seni, saya melihat orang, mentor, dan teman. Saya tidak berharap Anda mengerti,” ungkapnya.

Kritik terhadap Lensa dan aplikasi lain yang menggunakan AI sumber terbuka mengatakan bahwa platform tersebut menggunakan celah nirlaba untuk mengakses ribuan gambar dan foto nyata secara tidak etis sambil mengambil keuntungan dari hasilnya. Misalnya, Dall-E kena laporan menggunakan layanan stock art, Shutterstock, untuk melatih AI-nya.

“Banyak orang tanpa sadar mendukung proses pencurian itu,” kata desainer grafis dan ilustrator yang berbasis di Philly, Nicole Saltzer. 

Terlepas dari kritikan para Seniman nyatanya pengguna bebas berkreasi menggunakan aplikasi Lensa AI ini. Apapun itu selamat mencoba dan berselfie.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button