Market

Mahalnya Membangun Industri Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

Rencana pemerintah melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) membangun industri baterai kendaraan listrik, menemui tembok kokoh. Lantaran investasinya cukup mahal, Rp100 triliun kurang dikit.

Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terdiri atas empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), terkesan masih kesulitan untuk mewujudkan mimpi Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni menjadikan Indonesia kiblat industri kendaraan listrik dunia.

Salah satu kendala besarnya adalah mahalnya investasi yang dibutuhkan, mencapai US$7 miliar, setara Rp99,9 triliun (kurs Rp14.275/US$)

Pabrik baterai kendaraan listrik ini digadang-gadang akan dibangun IBC yang merupakan gabungan Mind ID (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (Persero/Antam), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Komposisi saham mereka sama rata yakni 25%. “Membangun pabrik baterai perlu USD7 miliar, siapa yang punya duit? Untuk supply chain baterai, membangun ekosistemnya butuh lima tahun,” ungkap Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury saat berbincang dengan perwakilan media di Kantor Kementerian BUMN, Rabu malam (12/1/2021).

Selain investasinya mahal, mantan bankir Bank Mandiri ini, menerangkan, pabrik baterai baru bisa beroperasi pada 2026. Mewujudkan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBB) tidak bisa setahun rampung.

“Dari mining ke hilir kalau 2022 (dibangun) baru jadi di 2026 paling cepat. Jadi tidak bisa berpikir linear, bangun baterai dulu baru kembangkan motor, mobil, sudah ketinggalan. Orang sudah mau ke bulan, kita baru mau investasi di motor,” papar Pahala yang juga mantan Dirut Bank BTN itu.

Namun demikian, kata Pahala, pemerintah terus mendorong ekosistem elektrifikasi seperti mobil listrik, kompor listrik hingga motor listrik. Hal itu dilakukan untuk mencapai target dekarbonisasi sesuai dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam The 26th UN Climate Change Conference of the Parties (COP26 ) di Glasgow, Skotlandia, pada November 2021 silam. “Mendorong penggunaan electric vehicle, motor paling masuk akal,” ucapnya.

Salah satu alasannya, penggunaan kendaraan listrik roda dua lebih ekonomis. Terlebih jika digunakan untuk menunjang kegiatan pekerjaan atau berusaha. “Untuk mengisi baterai kendaraan roda dua listrik butuh waktu sekitarempatjam untuk pemakaian 50 kilometer,” katanya. Dari sisi keekonomian, lanjut Pahala, akan lebih ekonomis, termasuk saat digunakan untuk mobilitas dan bekerja seperti transportasi berbasis daring. “Kita akan besarkan Gesits,” lanjut Pahala.

Informasi saja, Gesits adalah motor listrik yang menggendong dapur pacu baterai Li-NCM 72 Volt 20 Ampere Hour (AH), letaknya di bagasi. Tenaga puncak yang dihasilkan 6,8 PS, setara motor bensin 110 cc. Gesits merupakan motor listrik yang diproduksi PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), perusahaan patungan PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi dengan PT GESITS Technologies Indo.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button